Jokowi-Megawati Belum Berlebaran, Analis: Luka Konflik Mendalam

Dalam momen Idul Fitri 2025, Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum terlihat melakukan silaturahmi kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Hal ini mencuat sebagai perhatian publik, apalagi di tengah suasana lebaran yang identik dengan pertemuan akrab antar sesama, termasuk antara pemimpin dan tokoh politik.

Analis politik Adi Prayitno, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, mengungkapkan bahwa ketidakhadiran Jokowi dalam perayaan lebaran bersama Megawati menandakan adanya luka yang cukup mendalam dalam hubungan antara keduanya. “Tak bisa dibantah, hubungan Jokowi dan Mega sangat rumit, gelap gulita, dan bahkan sulit cari solusinya. Sepertinya luka konfliknya cukup mendalam yang tak ada obatnya,” ujar Adi dalam wawancara dengan Octopus. Ia menambahkan bahwa hubungan mereka kini seperti “perang saudara” yang menyisakan trauma sekaligus ketegangan di antara kedua tokoh tersebut.

Fenomena ini seolah menggambarkan betapa kompleksnya relasi antara Jokowi dan Megawati, yang telah terjalin dalam waktu yang panjang. Dalam konteks hubungan politik, keduanya pernah berada dalam satu perahu, namun kini situasinya tergolong jauh dari harmonis. Adi menilai bahwa luka mendalam ini bukan hal baru; publik telah mengetahui bahwa konflik di antara mereka sangat dalam, yang tentu saja mempengaruhi dinamika politik Indonesia saat ini.

Momen Idul Fitri sebenarnya dianggap sebagai kesempatan yang baik untuk bermaafan dan memperkuat tali silaturahmi. Misalnya, Ketua Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer alias Noel, juga mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya silaturahmi. Ia menekankan bahwa lebaran harus dimanfaatkan untuk saling memaafkan, tidak terkecuali antara Jokowi dan Megawati. “Saya rasa ini momennya untuk bersilaturahmi sebagai anak bangsa, kader bangsa,” ungkap Noel.

Di sisi lain, terdapat bukti bahwa silaturahmi tetap dilakukan oleh tokoh lain. Misalnya, pada lebaran pertama, Didit Prabowo, putra Presiden Prabowo Subianto, terpantau menyambangi kediaman Megawati dan memperlihatkan momen akrab di media sosial. Dalam kesempatan tersebut, Didit terlihat berfoto bersama Megawati dan Puan Maharani, yang menunjukkan bahwa meskipun ada ketegangan antara pihak tertentu, hubungan baik dapat tetap dijaga dalam konteks yang lain.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Ahmad Basarah, juga mengakui bahwa hubungan antara Megawati dan Prabowo, serta keluarganya, sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua relasi dalam politik harus berlandaskan konflik. “Ibu Mega berulang-ulang mengatakan bahwa hubungan pribadi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo itu sangat baik,” kata Basarah, membuktikan bahwa politik tidak selamanya digambarkan oleh pertikaian, tetapi juga bisa melahirkan hubungan yang saling menghormati.

Sementara itu, ketidakhadiran Jokowi dalam perayaan dengan Megawati memicu spekulasi mengenai perkembangan lebih lanjut di ranah politik Indonesia. Seakan-akan menyimpan ketegangan yang tidak bisa dengan mudah diurai, situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kedua pihak, terutama menjelang agenda politik yang lebih besar di masa mendatang.

Sepertinya, hubungan antara Jokowi dan Megawati masih menyisakan tingkat gejolak emosional yang dalam. Ini menandakan bahwa dalam politik, rekonsiliasi tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang cepat, dan mungkin akan terus menjadi isu yang menarik untuk diamati oleh publik. Dengan istimewanya momen lebaran yang seharusnya menjadi waktu untuk saling memberikan maaf, ketidakhadiran silahturahmi antara kedua pemimpin ini mengingatkan kita akan kompleksitas hubungan yang eksis dalam dunia politik Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button