
Vatikan memberikan penghormatan spesial kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), ketika menempatkannya di barisan depan pada pemakaman Paus Fransiskus, yang berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025. Dalam momen bersejarah ini, Jokowi duduk sejajar dengan beberapa pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Keberadaan Jokowi yang mengenakan peci sangat mudah dikenali di antara tokoh-tokoh global lainnya.
Penempatan Jokowi di barisan terdepan ini, menurut laporan dari Daily Mail, merupakan keputusan yang sepenuhnya berada di tangan Vatikan. Meskipun demikian, banyak pihak mempertanyakan pengaturan tempat duduk, mengingat beberapa pemimpin terkemuka justru ditempatkan di barisan belakang. Misalnya, Putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran William, harus duduk di barisan kedua, bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Tokoh penting lain seperti Pemimpin Partai Buruh Inggris, Sir Keir Starmer, dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, bahkan terpaksa menempati barisan paling belakang.
Saat memberikan keterangan kepada The Telegraph, juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, menjelaskan bahwa tidak ada aturan ketat terkait penataan tempat duduk. "Saya rasa mereka hanya mengisi tempat yang kosong," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengaturan tersebut lebih bersifat praktis daripada sosial.
Kehadiran Jokowi dalam acara pemakaman tersebut diakui sebagai representasi dari pemerintah Indonesia. Menurut Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, pemilihan Jokowi untuk menghadiri acara ini merupakan mandat langsung dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Muzani menambahkan, Jokowi dipilih karena pernah bertemu langsung dengan Paus Fransiskus saat kunjungan ke Jakarta pada September 2024. "Pak Jokowi adalah presiden yang pernah bertemu langsung dengan Paus Fransiskus ketika beliau berkunjung ke Jakarta," kata Muzani.
Lebih lanjut, Muzani menegaskan bahwa pertemuan Jokowi dengan Paus merupakan interaksi penting antar kepala negara. Prabowo mempertimbangkan hubungan personal dan historis antara Jokowi dan Paus Fransiskus sebagai alasan utama pemilihannya. Dalam konteks ini, keputusan untuk tidak mengutus Menteri Agama Nasaruddin Umar dipandang sebagai langkah yang tepat.
Dalam suasana pemakaman yang dipenuhi rasa duka, para pemimpin dunia berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus, yang dikenal sebagai sosok pembawa pesan damai. Kehadiran Jokowi bukan hanya menegaskan posisi Indonesia di kancah internasional, tetapi juga memperlihatkan pentingnya hubungan diplomatik yang erat antara Indonesia dan Vatikan.
Dalam momen emosional ini, peti jenazah Paus Fransiskus diarak melewati barisan para pemimpin dunia, memberi kesan mendalam bagi banyak pihak yang hadir. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh kenamaan lainnya, menandai akhir dari masa kepemimpinan seorang paus yang telah memberikan banyak pengaruh dalam dialog antaragama dan upaya perdamaian global.
Berdasarkan laporan yang ada, Jokowi mampu menempatkan Indonesia sebagai bagian dari percakapan global yang lebih luas, adanya pengakuan dari Vatikan menjadi simbol penting. Momen ini tidak hanya memperlihatkan posisi Indonesia di mata dunia, tetapi juga membuka peluang untuk memperkuat hubungan bilateral antara negara dan mempercepat upaya membangun kerjasama di berbagai bidang.