JK Peringatkan: AS Bisa Hadapi Resesi Gara-Gara Tarif Impor Baru!

Jusuf Kalla (JK), mantan Wakil Presiden Indonesia, baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Dalam wawancara yang diadakan pada Sabtu, 5 April 2025, JK menyatakan bahwa jika kebijakan ini dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, Amerika Serikat berpotensi mengalami resesi ekonomi.

Menurut JK, kebijakan tarif resiprokal—yang dikenakan Trump terhadap negara-negara mitra dagang AS—tidak akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi industri domestik. Ia berpendapat bahwa proses untuk meningkatkan sektor industri di Amerika Serikat sangat kompleks dan memerlukan waktu serta investasi yang cukup besar.

“Amerika bisa resesi. Kalau dia lama (pertahankan kebijakan tarif resiprokal),” ujar JK. Pernyataan ini mencerminkan optimisme moderat JK terhadap potensi pemulihan ekonomi global, tapi juga menggarisbawahi bahaya dari langkah-langkah proteksionis yang mungkin memperburuk kondisi pasar internasional.

Latar belakang dari kebijakan tarif ini berawal dari ketegangan perdagangan yang meningkat antara AS dan berbagai negara mitra, termasuk Cina dan Uni Eropa. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi industri lokal dari kompetisi asing yang dianggap tidak adil. Namun, JK berpendapat bahwa kebijakan tersebut tidak serta-merta meningkatkan daya saing industri AS.

JK juga menyoroti bahwa untuk membangun industri yang kokoh, perlu adanya persiapan yang matang, termasuk pelatihan tenaga kerja, pengembangan infrastruktur, dan riset yang mendalam. Semua ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. “Ada buruh dan tempat yang harus dipersiapkan, terutama untuk membangun industri pasti memerlukan biaya yang cukup besar,” kata JK.

Dalam pandangannya, kebijakan tarif yang diterapkan saat ini mungkin terlihat menguntungkan di permukaan, tetapi dalam jangka panjang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap perekonomian. Banyak ekonom sepakat bahwa kebijakan proteksionis hanya akan memperburuk ketegangan perdagangan global dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

JK menambahkan bahwa kebijakan tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama. “Ini saya kira tidak lama di Amerika. Karena tidak mungkin tiba-tiba industri Amerika tiba-tiba naik. Tidak mungkin. Butuh waktu,” ujarnya, menunjukkan keyakinannya bahwa perubahan akan terjadi seiring berjalannya waktu dan respons pasar terhadap kebijakan yang diterapkan.

Kombinasi dari kebijakan yang proteksionis dan ketidakpastian yang dihasilkan memiliki potensi untuk menciptakan instabilitas di pasar keuangan global. Keputusan untuk mempertahankan atau mengubah kebijakan tarif ini tidak hanya berdampak pada ekonomi AS, tetapi juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang.

Dalam konteks global, banyak negara yang merasa terancam oleh langkah-langkah proteksionis tersebut. Beberapa analis memperingatkan bahwa jika AS tidak segera mencari jalan keluar dari kebijakan tarif yang agresif ini, maka dampaknya akan meluas, menyebabkan penurunan permintaan global yang lebih luas.

Sementara itu, JK menegaskan pentingnya menjaga hubungan perdagangan internasional yang sehat. Ia mendorong para pemimpin dunia untuk lebih terbuka dalam mengatasi perbedaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi global. Klarifikasi dan dialog antara negara-negara mitra dagang menjadi kunci untuk menghindari konflik perdagangan yang lebih besar.

Kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah AS saat ini terus menjadi sorotan dunia. Pertanyaan yang muncul adalah apakah kebijakan tersebut benar-benar memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi, atau justru berpotensi menyebabkan resesi yang dikhawatirkan oleh JK. Melihat dinamika ini, pemangku kepentingan di seluruh dunia harus tetap waspada terhadap perkembangan kebijakan ekonomi yang dapat memengaruhi perdagangan internasional dan stabilitas pasar.

Berita Terkait

Back to top button