
Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, berhasil mencuri perhatian publik dengan aksinya yang mengkombinasikan hobi free diving dan promosi pariwisata. Dalam sebuah momen yang penuh emosional, ia menunjukkan kemahirannya dalam menyelam "Mermaid-ing" di perairan Siko, Maluku Utara. Aksinya itu tidak hanya memukau, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam mengenai keberanian dan penerimaan terhadap masa lalu yang penuh luka.
Sherly Tjoanda, yang merupakan ibu dari tiga anak, memiliki kenangan menyedihkan dengan laut. Suaminya, Benny Laos, meninggal tragis setelah speedboat yang mereka tumpangi terbakar di Pulau Taliabu pada Oktober 2024. Momen kedalaman emosi ini menjadi latar belakang dari keputusan Sherly untuk kembali menyelam. Bersama tim dari akun media sosial @/cerita_emak_ketjeh, ia memutuskan untuk terjun ke laut lagi, lebih dari sekadar aktifitas rekreasi, namun juga sebagai perjalanan penyembuhan batin.
Dalam sebuah video yang viral, Sherly berbagi pengalamannya dengan pernyataan yang menyentuh hati. "Perlahan, saya menyelam… bukan hanya ke dalam laut, tapi ke dalam diri sendiri. Belajar menerima, memeluk luka, dan mencintai laut kembali," ungkapnya. Pernyataan ini mencerminkan proses healing yang sedang dilalui Sherly dan bagaimana ia mengubah kesedihan menjadi kekuatan. "Laut bukan hanya tempat saya kehilangan, tapi juga tempat saya belajar ikhlas dan tegar," tambahnya, menegaskan komitmennya untuk tetap berdamai dengan masa lalu.
Videonya yang estetik, memperlihatkan keindahan laut Siko dengan terumbu karang yang cerah dan sinematografi menawan, berhasil mempromosikan potensi pariwisata bawah laut Maluku Utara secara efektif. Banyak netizen yang memberikan pujian terhadap aksinya. Salah satu komentar dari pengguna media sosial menyebut bahwa Sherly secara tidak langsung menjadi iklan wisata bahari untuk Sulawesi Utara. "Ibu Gubernur langsung jadi iklan wisata Baharinya Sulut," ungkap akun @Ayu****.
Dalam usahanya untuk mempromosikan pariwisata, Sherly tidak hanya menampilkan keahliannya namun juga mengajak masyarakat untuk melihat laut dari perspektif yang lebih positif. Ia berkomitmen untuk mengambil peran lebih dalam memajukan Pariwisata Maluku Utara. "Saya mau Mermaid di Siko setelah sudah sekian purnama nggak pernah Mermaid," kata Sherly, mengisyaratkan penghargaan yang mendalam terhadap keindahan alam yang ada di sekitarnya.
Momen ini menjadi bukti bahwa keberanian Sherly untuk kembali menyelam setelah merasakan kehilangan merupakan sebuah langkah positif. Ia berhasil menyampaikan pesan bahwa meskipun masa lalu bisa menyakitkan, ada ruang untuk pemulihan dan cinta terhadap kehidupan yang belum sepenuhnya pudar. Tindakan dan kehadirannya di tengah masyarakat menunjukkan bahwa pemimpin juga memiliki sisi kemanusiaan yang dalam, di mana mereka dapat terhubung dengan rakyat melalui pengalaman pribadi.
Dalam video tersebut, ia juga secara emosional mengenang sang suami, Benny, dengan pesan saat dirinya menyelam, "Hi Papi Benny, I will see you when I see you again… Until then, I will keep living this life with strength—spreading love, making an impact, and continuing the legacy of kindness you left behind." Ini menjadi pernyataan yang cukup kuat, menunjukkan bahwa perjalanannya menyelam bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga bentuk penghormatan kepada cinta dan kenangan yang tersisa.
Melalui aksi Sherly Tjoanda, kita melihat bagaimana perjuangan seorang pemimpin tidak hanya terletak pada administrasi dan kebijakan, tetapi juga pada kemampuan untuk menjadikan pengalaman pribadi sebagai inspirasi yang dapat mengangkat semangat masyarakat dan mempromosikan keindahan daerah. Dengan inisiatif ini, Sherly telah mengambil langkah lebih jauh untuk menjadikan Maluku Utara dikenal melalui pesona pariwisatanya yang luar biasa, menjadikannya sebagai destinasi menarik di Indonesia.