Jabat Tangan Erick Thohir dan Bos Baru Shin Tae-yong, Kenapa?

Ketua Umum PSSI Erick Thohir baru-baru ini mengadakan pertemuan penting dengan presiden baru asosiasi sepak bola Korea Selatan (KFA) Chung Mong-gyu. Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela Sidang Umum AFC ke-35 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu, 12 April 2025. Momen ini mencuri perhatian banyak pihak, terutama setelah Erick serta merta mengucapkan selamat kepada Chung atas terpilihnya dia sebagai presiden KFA untuk periode keempatnya.

Erick Thohir memposting foto jabat tangan yang erat dengan Chung Mong-gyu di akun Instagram-nya, menandakan adanya sinergi dan harapan baik antara kedua asosiasi sepak bola ini. Dalam ikrar yang penuh semangat, Erick berkata, “Saya telah bertemu dengan Chung Mong-gyu dari KFA. Saya mengucapkan selamat atas pengangkatannya kembali sebagai ketua KFA untuk masa jabatan keempat berturut-turut.”

Selama masa kepemimpinan Chung, tim nasional Korea Selatan telah meraih berbagai prestasi, termasuk tiga medali emas di Asian Games dan mencapai putaran final Piala Dunia. Namun, meski pertemuan ini berlangsung dalam suasana yang positif, menarik untuk dicatat bahwa Erick tidak menyentuh isu terkait Shin Tae-yong, eks pelatih tim nasional Indonesia yang juga merupakan salah satu taruhan untuk kemajuan sepak bola di Indonesia.

Dalam forum tersebut, Erick dan Chung membahas sejumlah aspek terkait pengembangan sepak bola di Asia. Kedua pihak saling bertukar pemikiran dan ide, berfokus pada kemajuan olahraga yang sangat populer ini di benua Asia. Pertemuan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam upaya memajukan sepak bola tidak hanya di Korea Selatan dan Indonesia, tetapi di seluruh kawasan.

Seiring dengan pertemuan tersebut, pengangkatan Shin Tae-yong sebagai wakil presiden KFA mendapatkan perhatian besar. Ia ditunjuk bersamaan dengan mantan pelatih Vietnam, Park Hang-seo. Keduanya kini menjadi bagian dari jajaran ekskutif KFA, namun dengan perbedaan tanggung jawab yang cukup mencolok. Park Hang-seo, yang dianggap sebagai pelatih terhebat dalam sejarah sepak bola Vietnam, ditugaskan untuk mendukung perkembangan tim nasional Korea dari tingkat junior hingga senior, sementara Shin Tae-yong bertanggung jawab dalam bidang kerja sama eksternal.

Perbedaan ini mengindikasikan bahwa terdapat kepercayaan yang lebih besar dari KFA terhadap Park Hang-seo dalam hal pengembangan timnas, sedangkan Shin Tae-yong diposisikan untuk memperluas jaringan KFA di luar negeri. Hal ini menimbulkan spekulasi mengenai niat KFA dalam memilih Shin, yang dinilai sebagai aset penting dalam menjalankan program kerja sama internasional atau pemasaran.

Namun, pengangkatan Shin dan Park di jajaran eksekutif KFA juga menuai kritik dari publik. Banyak yang berpendapat bahwa seharusnya posisi di KFA diisi oleh orang-orang yang lebih muda dan berenergi. Sebagai contoh, sosok seperti Hyun Young-min dan Kim Seung-hee, yang masih berusia di bawah 60 tahun, dianggap lebih cocok untuk membawa dinamika baru dalam struktur organisasi KFA. Beberapa media Korea pun menyoroti pentingnya melibatkan perwakilan dari generasi milenial untuk mendorong perkembangan lebih lanjut dalam sepak bola Korea.

Pengangkatan Shin Tae-yong dan Park Hang-seo membuat banyak pihak mempertanyakan strategi KFA. Beberapa analis menunjuk bahwa langkah ini bisa dianggap sebagai strategi untuk memperkuat posisi KFA di Asia Tenggara, mengingat kedua pelatih tersebut memiliki pengalaman dan reputasi yang signifikan di kawasan ini. Masyarakat sepakbola Korea menyadari perlunya perubahan dan pencerahan di KFA, menjadikan pertemuan antara Erick Thohir dan Chung Mong-gyu sebagai momen bersejarah dalam perjalanan sepak bola di Asia, dengan harapan besar akan adanya kolaborasi dan inovasi yang bermanfaat ke depannya.

Exit mobile version