Israel Serang Rumah Sakit Nasser, Pemimpin Hamas Tewas dalam Kebakaran

Militer Israel melancarkan serangan ke Rumah Sakit Nasser, rumah sakit terbesar di Gaza selatan, pada Minggu malam yang lalu. Serangan ini mengakibatkan dua orang tewas, di antaranya adalah seorang anggota biro politik Hamas, Ismail Barhoum, serta seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang baru saja menjalani operasi. Kementerian Kesehatan wilayah Gaza menyatakan bahwa serangan tersebut juga membuat sejumlah orang luka-luka dan menyebabkan kebakaran besar di dalam fasilitas medis tersebut.

Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa Rumah Sakit Nasser sudah sebelumnya dipenuhi dengan korban tewas dan terluka akibat serangan Israel yang berkelanjutan. Serangan terbaru ini menambah deretan panjang serangan yang telah merusak infrastruktur kesehatan di Gaza, di mana lebih dari 50.000 warga Palestina dilaporkan telah kehilangan nyawa sejak dimulainya konflik kembali pada bulan lalu. Kementerian Kesehatan juga menyebutkan bahwa dari jumlah tersebut, lebih dari 15.000 adalah anak-anak, termasuk 872 bayi di bawah usia satu tahun.

Sebagai bagian dari penjelasan terkait serangan ini, militer Israel mengonfirmasi bahwa target serangan adalah seorang militan Hamas yang berada di rumah sakit. Mereka menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil karena beroperasi di area yang padat penduduk. Serangan ini terjadi beberapa hari setelah Israel meningkatkan intensitas serangannya di Gaza, yang telah menjadi salah satu pertempuran paling mematikan dalam konflik yang telah berlangsung selama 17 bulan.

Di tengah situasi yang semakin memanas, pemerintah Israel juga terguncang oleh protes publik yang meningkat. Ratusan warga mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, terutama menyusul langkah pemerintah untuk mencopot jaksa agung yang banyak dianggap sebagai usaha untuk melemahkan kekuatan pemerintahan. Aktivitas protes telah berlanjut, dan beberapa orang ditangkap oleh aparat keamanan.

Sementara itu, militer Israel terus meminta ribuan warga Palestina untuk meninggalkan daerah-daerah tertentu di Gaza. Salah satu wilayah yang terpaksa diungsi adalah Tel al-Sultan di Khan Younis, yang akibatnya perjudian terus berlanjut dengan ribuan orang berjalan kaki menuju tempat-tempat yang lebih aman.

Salah satu pengungsi, Mustafa Gaber, mendeskripsikan situasi yang mencekam, di mana suara tembakan dan ledakan dari tank serta pesawat nirawak mengisi udara. Ia menggambarkan bagaimana pengungsi, sebagian besar dari penduduk yang telah kehilangan rumah mereka, berusaha mencari perlindungan sembari berhadapan dengan ancaman yang terus berlanjut.

Layanan darurat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan kehilangan kontak dengan tim yang merespons serangan di Rafah, dan beberapa anggota tim juga dilaporkan terluka. Warga Gaza lainnya melaporkan serentetan eksplosi yang terjadi di dekat kamp-kamp pengungsi, memperburuk keadaan krisis kemanusiaan yang sudah parah di kawasan tersebut.

Dalam pengumuman terpisah, Hamas mengonfirmasi bahwa Salah Bardawil, seorang anggota biro politik yang terkenal, juga tewas dalam serangan di Muwasi yang menewaskan istri dan beberapa anggota keluarganya. Melihat situasi ini, Dr. Munir al-Boursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan, menekankan bahwa statistik korban tewas mencerminkan dampak besar dari kekerasan yang dialami oleh populasi sipil, di mana perempuan dan anak-anak membentuk sebagian besar dari korban.

Sebagaimana situasi ini terus berkembang, hanya waktu yang akan menjawab tentang nasib lebih dari dua juta warga Palestina yang terjebak dalam konflik berkepanjangan ini, dan bagaimana upaya untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan dapat lebih lanjut dijalankan di tengah kekacauan yang terjadi.

Berita Terkait

Back to top button