Indonesia Siap Bersaing Ketat dengan India dan Nigeria di Pasar Global

Jakarta, Octopus – Indonesia menghadapi tantangan besar dalam industri aset kripto seiring dengan posisi ketiga di dunia dalam adopsi kripto berdasarkan laporan terbaru dari Chainalysis. Dalam laporan ‘The 2024 Global Adoption Index’, Indonesia berada di belakang India dan Nigeria, yang menduduki posisi pertama dan kedua. Persaingan ini menunjukkan ketatnya adopsi teknologi finansial baru di kawasan Asia dan Afrika yang turut mempengaruhi dinamika pasar kripto global.

Sementara Nigeria dan India menjadi pelopor dalam adopsi aset kripto, data menunjukkan bahwa kedua negara tersebut memiliki populasi yang lebih besar dan infrastruktur teknologi yang lebih mapan dalam hal penggunaan dan investasi aset kripto. Masing-masing negara menyikapi fenomena ini dengan pendekatan yang berbeda, mulai dari regulasi hingga edukasi masyarakat mengenai cryptocurrency.

Menurut data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai lebih dari 22 juta pada akhir 2024. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki jalan panjang untuk mengejar ketertinggalan dari India dan Nigeria. Sementara Indonesia bergeriat untuk mendorong eduwisata kripto di kalangan investor, India dan Nigeria telah memanfaatkan potensi pasar yang lebih besar dengan inovasi yang lebih agresif.

“Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang investasi kripto, kami dari perusahaan rintisan Pintu, melaksanakan program edukasi dan literasi aset kripto,” ungkap Malikulkusno Utamo, General Counsel Pintu. Dia juga menekankan pentingnya penggunaan platform investasi terdaftar dan diawasi oleh otoritas terkait serta memperkenalkan fitur-fitur baru untuk memudahkan investasi bagi pemula hingga trader profesional.

Sebagai salah satu langkah konkret, Pintu baru-baru ini menyelenggarakan Bulan Literasi Kripto (BLK) 2025 yang dihadiri oleh lebih dari 300 peserta. Kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan minat masyarakat untuk memahami lebih dalam tentang dunia kripto dan blockchain. “Semakin banyak orang yang menyadari pentingnya edukasi dan literasi dalam berinvestasi di aset kripto,” tambah Utamo.

Meski angka transaksi aset kripto di Indonesia sangat menjanjikan dengan nilai mencapai Rp44,07 triliun selama Januari 2025, yang mencatatkan kenaikan 104,31 persen secara tahunan, tantangan tetap membayangi. Regulasi yang ketat dan volatilitas pasar yang tinggi menjadi hambatan tersendiri bagi pertumbuhan ekosistem aset kripto di Indonesia. Sementara itu, India dan Nigeria terus bersaing dengan kebijakan yang jelas dan inovasi yang lebih progresif dalam teknologi keuangan.

Secara keseluruhan, posisi Indonesia di tengah persaingan ketat ini mengindikasikan kebutuhan mendesak untuk penguatan infrastruktur digital dan peningkatan literasi keuangan untuk masyarakat. Jika pemerintah dan pelaku industri dapat bekerjasama lebih erat, harapan untuk meningkatkan posisi Indonesia di tingkat global sangatlah mungkin.

Dengan latar belakang pasar yang terus berkembang dan adopsi yang meningkat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini agar tidak tertinggal dari pemain utama lain dalam dunia kripto. Inovasi, edukasi, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci bagi Indonesia untuk bersaing dan meraih posisi teratas dalam adopsi aset kripto di masa depan.

Berita Terkait

Back to top button