JAKARTA — Dalam memperingati Hari Kanker Anak Sedunia, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Namun, masalah utama yang dihadapi adalah sulitnya mengenali gejala kanker pada anak, terutama di tahap awal. Gejala kanker pada anak sering kali mirip dengan penyakit ringan lainnya, yang bisa mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis.
Dokter spesialis anak dan Ketua Unit Kerja Koordinasi Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eddy Supriyadi, menekankan bahwa penyebab kanker pada anak hingga saat ini masih belum dapat dijelaskan secara jelas. “Kanker anak dibandingkan dengan dewasa memiliki profil biologis yang sangat berbeda. Sementara kanker pada orang dewasa sering kali dipicu oleh pola makan dan faktor lingkungan, kanker pada anak lebih banyak berkaitan dengan faktor genetik,” ujarnya dalam sebuah Media Briefing daring.
Eddy menjelaskan bahwa banyak kasus kanker pada anak bersifat akut dan mendadak, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dideteksi. Di antara berbagai jenis kanker yang dapat terjadi pada anak, leukemia, atau kanker darah, merupakan yang paling umum. Meskipun demikian, kanker mata juga menunjukkan prevalensi yang signifikan. Menurut data yang pernah dicatatnya, insidensi kanker pada anak kini telah meningkat menjadi sekitar 40 kasus per 1 juta penduduk, naik dari 28 kasus per 1 juta penduduk pada tahun 2011.
Deteksi dini menjadi kunci untuk meningkatkan prognosis untuk anak yang didiagnosis dengan kanker. Eddy menjelaskan pentingnya bagi orang tua untuk selalu peka terhadap perubahan yang terjadi pada fisik anak mereka. “Jika melihat tanda-tanda seperti pucat, sakit otot, atau demam yang berkepanjangan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter,” imbuhnya. Tanda-tanda tersebut dapat menjadi indikasi adanya leukemia. Seringkali, kanker terdeteksi bukan saat anak menjalani pemeriksaan untuk kanker, tetapi ketika mereka datang ke fasilitas kesehatan karena sakit lain.
Selain leukemia, tumor padat pada anak juga perlu diwaspadai. Kanker mata, misalnya, dapat lebih mudah terdeteksi melalui pemeriksaan fisik. Eddy mengingatkan bahwa saat memandikan anak, orang tua bisa meraba bagian tubuh untuk mendeteksi adanya benjolan atau kelainan lain, seperti darah yang muncul saat buang air kecil atau gejala lainnya yang tidak biasa. Namun, ia menggarisbawahi bahwa pencegahan dan deteksi dini kanker pada anak jauh lebih menantang dibandingkan pada orang dewasa.
Meskipun tantangan dalam mendeteksi kanker anak sangat besar, Eddy menambahkan bahwa perkembangan pengobatan kanker pada anak menunjukkan hasil yang cukup baik. Melalui kemoterapi, tingkat kesembuhan anak-anak yang mengidap kanker kini mencapai 80%. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan segera sangat penting untuk memastikan kualitas hidup anak dan mendukung tumbuh kembang mereka.
Statistik dan fakta mengejutkan ini menunjukkan bahwa kanker adalah masalah serius yang membayangi kesehatan anak di Indonesia. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang cepat, diharapkan perilaku masyarakat dapat berubah dan lebih proaktif dalam mencari bantuan medis. Di tengah tantangan ini, dukungan dari keluarga, komunitas, dan sistem layanan kesehatan menjadi vital untuk melindungi generasi muda dari ancaman kanker.