Hotma Sitompul Cuci Darah Sebelum Meninggal: Apa Penyebabnya?

Kabar duka datang dari dunia hukum Indonesia dengan meninggalnya Hotma Sitompul, seorang pengacara senior yang dikenal luas berkat kiprahnya dalam berbagai kasus besar. Hotma menghembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSCM Kencana, Jakarta. Informasi tentang kepergiannya pertama kali disampaikan oleh Pendeta Gilbert Lumoindong melalui unggahan di Instagram yang menyampaikan ungkapan belasungkawa.

Sebelum meninggal dunia, kondisi kesehatan Hotma mengalami penurunan drastis yang mengharuskannya menjalani prosedur cuci darah secara rutin. Cuci darah merupakan tindakan medis yang biasanya diperlukan ketika fungsi ginjal mengalami gangguan serius. Prosedur ini digunakan untuk membantu tubuh membuang limbah dan kelebihan cairan dari darah, fungsi yang biasanya dilakukan oleh ginjal yang sehat.

Cuci darah umumnya dilakukan untuk pasien yang mengalami gagal ginjal stadium akhir, di mana ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Penyebab umum dari kondisi ini termasuk hipertensi dan diabetes, serta berbagai kondisi lain yang dapat merusak ginjal, seperti lupus. Pada tingkat ini, ginjal tidak mampu menyaring zat sisa metabolisme tubuh, sehingga mesin dialisis diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal tersebut.

Penyakit ginjal dibedakan dalam lima tahap. Pada tahap kelima, kemampuan ginjal biasanya tersisa kurang dari 15% dari kapasitas normal, yang merupakan indikasi bahwa pasien memerlukan terapi pengganti seperti cuci darah. Penyakit ginjal dapat berkembang secara perlahan sebagai kondisi kronis, atau muncul secara mendadak akibat cedera atau sakit berat. Meski kondisi ginjal bisa pulih dari cedera akut dengan penanganan yang tepat, untuk pasien dengan gagal ginjal kronis, cuci darah sering kali menjadi langkah yang diperlukan untuk bertahan hidup.

Proses cuci darah sendiri melibatkan beberapa langkah. Pertama, pasien akan mengalami pemeriksaan kondisi tubuh sebelum sesi dialisis dimulai. Teknisi medis akan memonitor tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan. Setelah itu, dua jarum akan dipasang pada lengan pasien; satu untuk mengalirkan darah ke mesin dan satu lagi untuk mengembalikan darah bersih ke dalam tubuh. Setiap sesi cuci darah biasanya berlangsung antara 4 hingga 5 jam dan dilakukan dua sampai tiga kali seminggu, tergantung pada kebutuhan pasien.

Selain itu, untuk memudahkan proses ini, dokter akan membuat akses khusus ke pembuluh darah yang dikenal dengan istilah fistula atau shunt, yang menghubungkan arteri dan vena. Ini penting agar proses dialisis dapat berlangsung lebih lancar dan menghindari kerusakan yang disebabkan oleh tusukan jarum berulang.

Selain aspek medis, cuci darah juga memerlukan komitmen tinggi dari pasien, baik dari sisi waktu maupun biaya. Meskipun ada juga metode lain yang memungkinkan cuci darah dilakukan di rumah, prosedur ini tetap membutuhkan perhatian serius untuk menjaga kesehatan.

Kondisi kesehatan Hotma Sitompul yang parah menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal dan waspada terhadap risiko penyakit kronis. Bagi banyak pasien, termasuk Hotma, penyakit ginjal menjadi salah satu tantangan paling berat yang harus dihadapi. Kematian Hotma juga menekankan pentingnya kesadaran akan gaya hidup sehat serta pengelolaan penyakit yang tepat agar kesehatan ginjal tetap terjaga.

Kesedihan mendalam menyelimuti dunia hukum Indonesia dengan kepergian Hotma Sitompul, yang tak hanya dikenal sebagai pengacara, tetapi juga sebagai sosok yang berpengaruh dalam perkembangan hukum di tanah air. Bagi banyak orang, warisan yang ditinggalkannya akan selalu dikenang dan menjadi soal yang dibahas dalam konteks kesehatan dan hukum di masa depan.

Exit mobile version