Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja, Ini Syaratnya! Octopus Economy

JAKARTA – Program hilirisasi yang digalakkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto diharapkan dapat menghasilkan banyak lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu, dalam sebuah pernyataan yang diambil saat acara di Jakarta. Menurutnya, hilirisasi yang sukses harus memperhatikan aspek kualitas, termasuk dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Hilirisasi, yang merupakan proses mengolah bahan mentah menjadi produk yang lebih bernilai, berpotensi besar dalam menciptakan lapangan kerja. Christiany Tetty menyebutkan bahwa hilirisasi yang efektif tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, melainkan juga harus menjaga aspek sosial yang berkeadilan dan berkelanjutan. "Artinya, hilirisasi yang lebih banyak membuka lapangan kerja, inklusif, berkeadilan, berdampak sosial, dan berkelanjutan," ujarnya.

Salah satu poin penting dari hilirisasi adalah pemanfaatan sumber daya alam secara bijak, khususnya di sektor ekonomi hijau dan biru. Indonesia memiliki potensi besar dalam kedua sektor ini. Ekonomi hijau yang menekankan pada pengurangan emisi karbon dan kelestarian lingkungan, menjadi semakin relevan di tengah tantangan perubahan iklim saat ini. Sementara itu, ekonomi biru, yang memanfaatkan sumber daya laut, menawarkan kesempatan besar, mengingat Indonesia memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam.

Berikut adalah beberapa syarat agar hilirisasi dapat berhasil dalam menciptakan lapangan kerja:

  1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Untuk mendukung proses hilirisasi, diperlukan tenaga kerja yang terampil dan berkompeten. Pelatihan dan pendidikan menjadi kunci untuk menghasilkan SDM yang siap terjun di sektor hilirisasi.

  2. Keterlibatan Stakeholder: Kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat penting untuk mempercepat hilirisasi. Kerjasama ini bisa membantu merumuskan kebijakan yang mendukung investasi dan menciptakan peluang kerja.

  3. Infrastruktur yang Memadai: Untuk mendukung kegiatan hilirisasi, investasi dalam infrastruktur menjadi krusial. Jalan, pelabuhan, dan fasilitas pendukung lainnya harus diperbaiki dan ditingkatkan agar distribusi produk hasil hilirisasi dapat berjalan dengan efektif.

  4. Regulasi yang Mendukung: Keberadaan regulasi yang memadai dan bersahabat bagi industri akan mempermudah pelaku usaha dalam menjalankan operasional hilirisasi. Kebijakan fiskal dan insentif juga menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di sektor ini.

  5. Keberlanjutan Lingkungan: Hilirisasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan. Penerapan praktik-praktik ramah lingkungan dalam proses produksi menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan ekonomi berkelanjutan.

Menurut Christiany Tetty, Indonesia seharusnya memanfaatkan besar potensi ini untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan mengurangi ketimpangan ekonomi. Pengembangan ekonomi hijau dan biru akan memberikan tambahan nilai bagi perekonomian nasional serta memberi dampak sosial yang positif bagi masyarakat.

Dari perspektif ekonomi makro, hilirisasi bukan hanya sekedar proses industri, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional. Dengan memfokuskan pada hilirisasi, Indonesia dapat bertransformasi menjadi negara yang lebih berdaya saing, menghadapi tantangan global sambil tetap menjaga kesejahteraan rakyat.

Kehadiran program hilirisasi yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja ini menjadi harapan besar bagi masyarakat Indonesia. Semoga setiap upaya yang dilakukan dapat meraih kesuksesan dan memberikan manfaat yang luas untuk seluruh lapisan masyarakat.

Back to top button