Hassan Nasrallah Dimakamkan: 5 Bulan Setelah Serangan Israel

Kelompok Hizbullah Lebanon siap menggelar pemakaman untuk mantan pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, pada Minggu, 23 Februari 2025. Pemakaman ini diadakan hampir lima bulan setelah Nasrallah tewas dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel pada 27 September 2024. Tragedi ini menjadi pukulan telak bagi Hizbullah, sebuah kelompok yang selama ini dikenal sebagai kekuatan militer dengan pengaruh yang signifikan di kawasan Timur Tengah.

Hassan Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama beberapa dekade, merupakan salah satu tokoh paling dikenal dalam konflik antara kelompok Muslim Syiah tersebut dengan Israel. Keberadaannya di tengah konflik, serta perannya dalam menentang dominasi Barat, menjadikannya sosok yang dihormati di kalangan pendukungnya. Dalam serangan yang menewaskannya, Nasrallah sedang berada di sebuah bunker di pinggiran selatan Beirut, bertemu dengan para komandan senior Hizbullah.

Pemakaman Nasrallah akan dilaksanakan di Stadion Camille Chamoun Sports City, arena olahraga terbesar di Lebanon yang terletak di wilayah yang dikuasai Hizbullah. Rencana pemakaman ini mencerminkan upaya Hizbullah untuk menunjukkan kekuatan politik dan militernya, terutama setelah kelompok tersebut mengalami penurunan kekuatan akibat perang yang berkepanjangan dengan Israel.

Setelah kematiannya, Nasrallah dimakamkan sementara di samping putranya, Hadi, yang juga merupakan anggota Hizbullah dan tewas pada tahun 1997 saat bertempur. Selain itu, pemakaman juga akan menghormati Hashem Safieddine, pemimpin sementara Hizbullah yang juga menjadi korban serangan Israel setelah Nasrallah.

Ribuan pendukung diharapkan akan berkumpul untuk menghadiri pemakaman ini, yang dianggap sebagai momen penting untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan bagi Hizbullah. Pihak keamanan telah mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengelola kerumunan yang diperkirakan akan mencapai puluhan ribu orang dari berbagai kawasan, termasuk dari luar negara Lebanon.

Sheikh Sadeq al-Nabulsi, seorang ulama yang dekat dengan Hizbullah, menegaskan bahwa pemakaman ini bukan sekadar ritual penghormatan, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap anggapan bahwa Hizbullah telah kalah. “Ini akan menjadi pesan bahwa kami masih ada, dan kami masih berjuang,” ujarnya. Ia juga menggambarkan pemakaman tersebut sebagai “pertempuran untuk membuktikan keberadaan Hizbullah.”

Sementara itu, situasi di Lebanon telah semakin rumit dengan adanya gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat yang mengakhiri perang tahun lalu. Meskipun tentara Israel sebagian besar telah mundur dari selatan Lebanon, mereka masih mempertahankan beberapa posisi strategis yang menjadi incaran Hizbullah selama bertahun-tahun.

Konflik antara Hizbullah dan Israel kembali meningkat setelah Hizbullah memberikan dukungan tembakan kepada sekutunya Hamas pada awal konflik Gaza yang dimulai pada 8 Oktober 2023. Hal ini menunjukkan betapa mendalamnya keterlibatan Hizbullah dalam dinamika geopolitik di kawasan, serta tantangan yang dihadapi oleh kelompok tersebut setelah kehilangan salah satu pemimpin paling berpengaruh.

Pemakaman Hassan Nasrallah diharapkan menjadi acara yang tidak hanya menghormati warisannya tetapi juga menegaskan kembali posisi Hizbullah di mata dunia internasional. Seiring berlangsungnya upacara pemakaman, perhatian dunia akan tertuju pada langkah Hizbullah untuk merestrukturisasi kekuatannya serta bagaimana kelompok ini akan bergerak di masa depan setelah kehilangan pemimpin kunci mereka.

Back to top button