Harga emas mengalami penurunan yang signifikan pada perdagangan Senin (24/3/2025), dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu. Penurunan harga ini juga berkaitan dengan kebijakan terbaru yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump, yang lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan tarif untuk mitra dagang.
Menurut data dari CNBC International, harga emas spot mengalami penurunan sebesar 0,6%, menjadi US$ 3.006,84 per ons. Di sisi lain, kontrak berjangka emas AS juga mengalami penurunan sebesar 0,2% dan ditutup pada level US$ 3.015,6 per ons. Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, mengungkapkan bahwa pasar saat ini sedang dalam fase konsolidasi setelah mencetak rekor demi rekor harga emas.
Pada tahun ini, harga emas telah mengalami lonjakan signifikan, mencetak rekor tertinggi sebanyak 16 kali, bahkan mencapai puncak sepanjang masa di angka US$ 3.057,21 pada pekan lalu. Emas seringkali dijadikan sebagai aset perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, dan cenderung meningkat ketika suku bunga diturunkan.
Meskipun harga emas menurun, dolar AS tetap menguat, naik sekitar 0,2% pada hari yang sama, menjadi lebih mahal untuk investor di luar AS. Hal ini menjadikan harga emas yang dihargakan dalam dolar menjadi kurang menarik. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan ekonomi AS, terutama yang berkaitan dengan tarif impor, memengaruhi daya tarik emas sebagai instrumen investasi.
Trump memberikan sinyal kemungkinan perubahan dalam kebijakan tarif yang akan dimulai pada 2 April mendatang. Keputusan ini dibarengi dengan kekhawatiran akan meningkatnya inflasi dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS. President Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, dan President Federal Reserve New York, John Williams, menyampaikan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk menilai dampak dari kebijakan tarif tersebut terhadap ekonomi.
Dalam konteks yang lebih luas, pelemahan harga emas juga dipengaruhi oleh rencana peluncuran data personal consumption expenditures (PCE) AS, yang akan dirilis pada Jumat mendatang. Data ini merupakan salah satu indikator inflasi utama yang dianalisis oleh The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depannya. Pengumuman bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga dan memprediksi dua kali pemangkasan suku bunga juga berkontribusi pada suasana pasar saat ini.
Di tengah ketidakpastian ini, negosiasi antara pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang lebih besar di Ukraina juga diharapkan bisa memengaruhi pasar. Washington berupaya untuk mengamankan kesepakatan terpisah terkait gencatan senjata di Laut Hitam, sebelum menyusun perjanjian yang lebih besar. Bob Haberkorn, seorang Senior Market Strategist di RJO Futures, berpendapat bahwa jika negosiasi di Arab Saudi menghasilkan kemajuan, harga emas mungkin akan turun lebih jauh, menyebabkan para investor kembali membeli.
Lain halnya dengan emas, harga logam lainnya juga mengalami penurunan. Harga perak spot merosot 0,2% menjadi US$ 32,97 per ons, sementara platinum turun 0,5% menjadi US$ 970,47 per ons, dan paladium anjlok 0,9% menjadi US$ 949,25 per ons. Tren penurunan ini mencerminkan respons pasar yang lebih luas terhadap kebijakan ekonomi global dan situasi geopolitik yang terus berubah.
Dengan demikian, penurunan harga emas baru-baru ini menyoroti interaksi kompleks antara nilai dolar AS, kebijakan ekonomi, dan faktor-faktor geopolitik yang mempengaruhi pasar logam mulia di seluruh dunia.