Hama Tikus Serang, Tanaman Padi di Lima Kecamatan Semarang Terancam!

Ratusan petani di Kabupaten Semarang menghadapi ancaman serius akibat serangan hama tikus yang mengakibatkan kerusakan parah pada tanaman padi. Serangan ini terjadi di lima kecamatan, yaitu Banyubiru, Tuntang, Bawen, Jambu, dan Ambarawa. Sejak awal tahun, hama tikus telah merusak puluhan hektare tanaman padi, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi para petani.

Menurut pemantauan Media Indonesia pada Rabu, 16 April 2023, para petani melaporkan bahwa upaya penanganan secara mandiri, seperti penggropyokan, penggunaan racun tikus, hingga penutupan sawah dengan pagar plastik, belum memberikan hasil yang memuaskan. Perkembangbiakan hama tikus yang cepat menjadi tantangan tersendiri, terutama di daerah sekitar Rawa Pening, Ambarawa, yang diketahui sebagai salah satu kawasan yang paling terdampak.

“Setiap hari kami menjadi resah ketika melihat tanaman padi yang seharusnya siap panen justru rusak. Hasil panen merosot hingga lebih dari 50 persen,” ungkap Parjo, salah seorang petani dari Banyubiru. Kerugian yang dialami para petani bervariasi, namun Lasman, petani dari Ngasinan, Tuntang, mengungkapkan bahwa kerugian akibat serangan tikus diperkirakan mencapai Rp10 juta hingga Rp15 juta per hektare. Kerugian ini dihitung berdasarkan biaya produksi, termasuk bibit, penanaman, pemupukan, dan perawatan.

Sri Anggoro Siswaji, Kepala Desa Banyubiru, mengonfirmasi bahwa serangan hama tikus di desanya telah mencapai tingkat serius, dengan 44 hektare sawah yang rusak. Dalam menangani masalah tersebut, Pemerintah Desa Banyubiru bahkan menetapkan kejadian luar biasa (KLB) akibat serangan tikus. “Serangan sebenarnya telah terjadi sejak sepuluh bulan lalu, tetapi kini semakin parah dan sudah dilaporkan kepada Pemkab Semarang untuk segera mendapatkan penanganan,” ujarnya.

Dalam upaya penanggulangan, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Semarang Moh Edy Sukarno menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait serangan hama tikus ini. Petugas dari dinas terkait sudah diturunkan untuk melakukan pengecekan dan pendataan untuk menemukan solusi yang tepat. Moh Edy mengindikasikan bahwa pola tanam padi yang tidak serempak dan ketidakseimbangan ekosistem menjadi faktor penyebab berkembangnya populasi tikus yang tidak terkendali. “Kami sedang mendata sekaligus mencari langkah pemecahan untuk mengatasi masalah ini,” imbuhnya.

Hingga saat ini, meskipun laporan awal menunjukkan puluhan hektare tanaman padi telah terserang hama tikus, pengendalian secara simultan belum dilaksanakan secara berkesinambungan. Kurangnya koordinasi dalam penanganan ini membuat serangan hama tikus terus berlanjut, mengancam ketahanan pangan serta kesejahteraan petani di Kabupaten Semarang.

Beberapa petani berharap adanya tindakan cepat dan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat untuk menangani serangan hama ini. Mereka juga berharap untuk mendapatkan informasi dan pelatihan tentang metode pertanian yang lebih efektif dalam mencegah serangan serupa di masa mendatang. Dengan tantangan yang ada, solidaritas komunitas dan dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan usaha tani di wilayah ini.

Berita Terkait

Back to top button