
Para ilmuwan memperingatkan bahwa Gunung Spurr, yang terletak di Alaska, diprediksi akan segera meletus setelah terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas vulkaniknya. Gunung berapi yang memiliki ketinggian 3.370 meter ini terletak sekitar 130 kilometer barat Anchorage dan telah menunjukkan tanda-tanda kerusuhan yang tidak biasa. Sebelumnya, Gunung Spurr terakhir kali meletus pada tahun 1992.
Pemeriksaan oleh Alaska Volcano Observatory (AVO) menunjukkan bahwa gas vulkanik, termasuk karbon dioksida dan sulfur dioksida, kini dilepaskan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Matt Haney, ilmuwan yang bertanggung jawab di AVO, menjelaskan bahwa peningkatan emisi gas ini, serta banyaknya gempa bumi dan pencairan salju di lereng gunung, menunjukkan bahwa magma bergerak di bawah permukaan, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya letusan.
Beberapa poin penting terkait Gunung Spurr adalah:
Aktivitas Vulkanik yang Meningkat: Gunung Spurr menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang meningkat, termasuk pelepasan gas vulkanik yang tidak biasa dan peningkatan frekuensi gempa bumi.
Sejarah Letusan: Gunung ini memiliki sejarah letusan, dengan yang terakhir terjadi pada tahun 1992 dan sebelumnya pada tahun 1953. Kedua letusan tersebut menghasilkan awan abu yang mencapai ketinggian signifikan, mempengaruhi cuaca di Anchorage.
- Tanda-Tanda Letusan: Jika aktivitas magma tidak mereda, tanda lain yang bisa menunjukkan letusan selanjutnya adalah tremor vulkanik. Berbeda dengan gempa bumi kecil yang terjadi sebelumnya, tremor ini lebih lama dan dapat berlangsung dalam waktu yang bervariasi.
Beberapa bulan lalu, AVO melakukan penilaian yang menunjukkan kemungkinan meredanya aktivitas vulkanik. Namun, data terkini memperlihatkan perubahan yang mencolok. "Periode kerusuhan ini kemungkinan besar akan berakhir dengan letusan dahsyat," ungkap Haney, merujuk pada pola yang sama terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Selama letusan, abu vulkanik dapat meluncur ke ketinggian lebih dari 15.000 meter, dan dampaknya bisa meluas ke area sekitar. Sebagai contoh, letusan pada tahun 1992 menyebabkan awan abu menyelimuti Anchorage, dengan ketebalan debu sekitar 3,1 milimeter. Hal yang sama terjadi pada tahun 1953, ketika hujan abu tebal melanda kota tersebut.
Haney mencatat bahwa jika tremor vulkanik terdeteksi, itu akan menjadi sinyal kuat bahwa Gunung Spurr sedang bersiap untuk meletus. Sebagai perbandingan, letusan Gunung Readout pada tahun 2009 juga diawali dengan tremor vulkanik yang berlangsung selama dua bulan sebelum erupsi.
Pengamatan terhadap aktivitas vulkanik Gunung Spurr dilakukan secara ketat, dan ilmuwan terus melakukan analisis untuk memahami lebih lanjut tentang potensi risiko yang mungkin ditimbulkan. Keberadaan magma yang bergerak di bawah permukaan menjadi perhatian utama karena dapat menyebabkan letusan yang signifikan, berpotensi membahayakan penduduk dan wilayah sekitar.
Para ilmuwan tidak hanya berfokus pada Gunung Spurr saja, tetapi juga terus memantau gunung-gunung berapi lain di kawasan tersebut untuk memastikan bahwa setiap tanda awal aktivitas vulkanik dapat terdeteksi dan ditangani dengan baik.
Kesimpulannya, situasi di Gunung Spurr saat ini menarik perhatian dan membutuhkan pengawasan intensif. Masyarakat sekitar disarankan untuk tetap mengikuti informasi terkini dari AVO dan otoritas setempat mengenai potensi aktivitas vulkanik yang mungkin berlanjut dalam waktu dekat.