Google Uji Coba Mesin Pencarian Berbasis AI, Apa Dampaknya?

Alphabet, perusahaan induk Google, baru-baru ini meluncurkan versi eksperimental terbaru dari mesin pencarian mereka yang menghadirkan inovasi signifikan dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dalam hasil pencarian. Dalam langkah yang cukup radikal, Google menghilangkan sepuluh tautan biru tradisional yang biasanya muncul pada hasil pencarian, dan menggantinya dengan ringkasan yang dihasilkan oleh AI.

Menurut laporan dari Reuters pada Kamis (6/3/2025), fitur baru ini saat ini tersedia bagi pelanggan Google One AI Premium, yang merupakan layanan berlangganan dengan biaya $19,99 per bulan. Untuk mengakses fitur ini, pengguna cukup memilih tab berlabel “Mode AI” yang terletak di samping opsi lain seperti gambar dan peta pada halaman hasil pencarian.

Robby Stein, wakil presiden produk Google, menjelaskan bahwa perusahaan telah menerima masukan dari pengguna yang menginginkan respons AI untuk lebih banyak jenis pencarian. “Kami telah mendengar dari pengguna berpengalaman bahwa mereka menginginkan respons AI untuk lebih banyak pencarian mereka,” ungkapnya. Dengan demikian, Google berupaya memberikan jawaban yang lebih tepat dan komprehensif melalui fitur-fitur AI yang baru dikembangkan.

Saat ini, Google telah menampilkan ringkasan AI di lebih dari 100 negara. Ringkasan ini sering kali muncul di atas tautan tahunan, yang memperlihatkan pergeseran besar dalam bagaimana pengguna mengakses informasi. Pada bulan Mei lalu, Google pertama kali mulai menambahkan iklan ke dalam ringkasan AI ini, menunjukkan bahwa perusahaan juga mencari peluang monetisasi di dalam fitur-fitur inovatifnya.

Dalam model pencarian baru ini, selain ringkasan AI, sepuluh tautan biru tradisional telah digantikan dengan bilah pencarian yang memudahkan pengguna mengajukan pertanyaan lanjutan. Mode AI tidak hanya memberikan jawaban langsung tapi juga dilengkapi dengan hyperlink yang mengarahkan pengguna menuju halaman web terkait untuk informasi lebih lanjut. Dengan demikian, pengguna tidak hanya mendapatkan informasi tetapi juga memiliki akses mudah untuk memperdalam pengetahuan mereka.

Inovasi ini didukung oleh model AI terbaru Google, yaitu Gemini 2.0, yang memiliki kemampuan penalaran yang lebih tinggi. Hal ini membuat mesin pencari dalam mode AI ini lebih siap dalam menangani pertanyaan-pertanyaan yang kompleks dan luas, sehingga menciptakan pengalaman pencarian yang lebih interaktif dan efisien bagi pengguna.

Di sisi lain, meskipun langkah Google ini terlihat menjanjikan, mereka juga menghadapi tantangan dari sejumlah pesaing yang semakin agresif di bidang AI. Microsoft, misalnya, baru-baru ini memperkenalkan fungsi pencarian berbasis ChatGPT yang telah meningkatkan kompetisi di sektor ini.

Alphabet memperkirakan pendapatan mereka akan mencapai sekitar $350 miliar pada tahun 2024, yang sebagian besar didorong oleh iklan pencarian. Namun, dengan bersaingnya pasar AI, Alphabet perlu terus berinovasi untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam industri pencarian.

Ruth Porat, Kepala Investasi Alphabet, menegaskan pentingnya integrasi AI ke dalam sistem pencarian Google. Ia menyebutkan bahwa ini merupakan taruhan terbesar perusahaan dalam menjaga relevansi dan kepemimpinan mereka di era digital yang terus berubah. Pada konferensi Reuters NEXT bulan Desember lalu, ia menggarisbawahi pentingnya langkah ini untuk menghadapi tantangan dari para pesaing yang tak henti-hentinya berinovasi.

Dengan peluncuran fitur Mode AI, Google tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan para pengguna yang semakin menginginkan pengalaman pencarian yang lebih intuitif dan responsif, tetapi juga berusaha untuk tetap relevan di tengah persaingan ketat di industri teknologi. Inovasi ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam cara orang mencari informasi di dunia Maya.

Back to top button