Glaukoma: Mitos dan Fakta Si Pencuri Penglihatan yang Terabaikan!

Setiap tahun, Pekan Glaukoma Sedunia diperingati pada minggu kedua bulan Maret untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya glaukoma, penyakit mata yang dikenal sebagai "si pencuri penglihatan." Glaukoma berkembang perlahan tanpa menunjukkan gejala, sehingga banyak penderitanya baru menyadari saat kondisinya sudah parah dan sulit diatasi. Dalam rangka memperingati pekan tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics mengadakan sesi edukatif dengan tema “Waspada Si Pencuri Penglihatan: Mitos, Fakta, Risiko, & Deteksi Dini!” yang bertujuan untuk membahas mitos yang beredar di masyarakat dan menekankan pentingnya deteksi dini agar kebutaan akibat glaukoma bisa dicegah.

Glaukoma adalah gangguan mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam bola mata, sehingga menyebabkan kerusakan saraf optik secara progresif. Menurut DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), seorang konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics, kondisi ini jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa glaukoma menjadi penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak, dengan sekitar 3,2 juta dari 39 juta kasus kebutaan di dunia disebabkan oleh glaukoma.

Salah satu tantangan dalam penanganan glaukoma adalah minimnya gejala di tahap awal. Sekitar 80% kasus glaukoma tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas, sehingga banyak penderita baru mengidentifikasi masalahnya setelah penglihatannya mengalami kerusakan permanen. Di negara berkembang, 90% kasus glaukoma tidak terdeteksi, diperburuk dengan fakta bahwa satu miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan mata.

Walaupun glaukoma sering kali tidak menampakkan gejala, ada beberapa kondisi yang bisa muncul seperti sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan nyeri hebat pada mata. Menurut DR. Iwan Soebijantoro, jika gejala tersebut muncul, penderita hanya memiliki waktu 48 jam untuk menurunkan tekanan bola mata sebelum kerusakan menjadi permanen, sehingga deteksi dini sangat penting.

Ada banyak kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat mengenai glaukoma. Berikut adalah beberapa mitos umum yang perlu diluruskan:

  1. Mitos: Glaukoma hanya menyerang orang tua.
    Fakta: Glaukoma bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak muda dan bayi yang lahir dengan glaukoma kongenital.

  2. Mitos: Sering bermain gadget atau membaca dalam gelap menyebabkan glaukoma.
    Fakta: Penggunaan gadget dalam waktu lama mungkin menyebabkan mata lelah, namun bukan penyebab langsung glaukoma. Penyebab utama adalah peningkatan tekanan dalam bola mata.

  3. Mitos: Jika terkena glaukoma, pasti akan buta.
    Fakta: Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, banyak penderita glaukoma dapat mempertahankan penglihatannya selama bertahun-tahun.

  4. Mitos: Glaukoma dapat disembuhkan dengan obat herbal atau terapi alternatif.
    Fakta: Tidak ada bukti ilmiah bahwa pengobatan alternatif dapat menyembuhkan glaukoma. Pengobatan medis seperti obat tetes mata, laser, atau operasi adalah metode yang efektif.

  5. Mitos: Glaukoma bukan penyakit keturunan.
    Fakta: Glaukoma memiliki faktor genetik yang signifikan; jika ada riwayat keluarga dengan glaukoma, risiko seseorang meningkat.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena glaukoma meliputi usia di atas 40 tahun, hipertensi okular, riwayat keluarga, penyakit seperti diabetes dan hipertensi, serta rabun jauh atau dekat yang tinggi. Karena perkembangan glaukoma sering tidak menunjukkan gejala awal, pemeriksaan mata secara rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan teknologi modern untuk deteksi dini glaukoma, seperti Optical Coherence Tomography (OCT), Visual Field Test, dan tonometri untuk mengukur tekanan bola mata dengan akurasi tinggi. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini dan penanganan glaukoma secara efektif guna mencegah kebutaan.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat, JEC Eye Hospitals and Clinics juga melaksanakan program CSR untuk operasi 100 pasien implan glaukoma gratis, dilaksanakan di hampir semua cabang mereka di Indonesia. Melalui upaya ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dan penanganan glaukoma dapat meningkat, serta mengurangi risiko kebutaan akibat penyakit ini.

Back to top button