
Royal Society di London siap menyambut pengunjung dengan pameran yang menampilkan gelas bir milik Isaac Newton, yang akan ditampilkan untuk pertama kalinya dalam 160 tahun. Pameran ini akan dibuka mulai 4 Maret mendatang, dan diharapkan menarik perhatian banyak orang, terutama para penggemar sejarah sains dan pengagum karya-karya ilmiah Newton.
Gelas bir tersebut adalah salah satu artefak paling berharga milik Newton, yang diketahui memiliki sejarah yang kaya. Gelas kayu ini diberikan kepada teman sekamarnya, John Wickins, yang berperan sebagai asisten laboratorium Newton selama dua dekade. Penemuan gelas ini, bersama dengan sejumlah barang lainnya, terjadi di rumah Newton di Trinity College, Cambridge.
Pameran ini merupakan hasil dari upaya penelitian selama 20 tahun yang dilakukan oleh ilmuwan Carmichael Wallace dan sejarawan Stephen Snobelen. Melalui surat-surat, catatan keluarga, wasiat, dan beragam sumber lainnya, mereka berhasil merekonstruksi sejarah gelas tersebut. Penelitian ini memaparkan bagaimana Newton, meskipun dikenal sebagai seorang ilmuwan brilian, juga memiliki sisi yang lebih manusiawi, termasuk kebiasaan dan minuman favoritnya.
Menurut penelitian yang dilakukan, Newton diketahui hanya mengonsumsi bir dalam jumlah kecil. Pernyataan ini mengubah persepsi kita tentang ilmuwan tersebut, yang sering kali diasosiasikan dengan keseriusan dalam mengejar pengetahuan. Wallace dan Snobelen menyoroti bahwa gelas ini mungkin lebih mencerminkan bagaimana Newton menggunakan bir dalam proses kerja dan penulisan karyanya. Diduga, tinta yang dipakai dalam manuskripnya, termasuk “Principia,” karyanya yang paling terkenal, terbuat sebagian dari bahan yang melibatkan bir.
Keith Moore, kepala perpustakaan dan arsip di Royal Society, memberikan komentar menarik mengenai pameran ini. Menurutnya, meskipun Royal Society menghargai sejarah ilmu pengetahuan, pemikiran tentang Newton dalam konteks bir memberikan warna baru yang menarik bagi publik. Moore mencatat bahwa meskipun Newton dikenal ramah, kecil kemungkinan ia menghabiskan banyak waktu menyeruput bir sambil merancang ide-ide ilmiah yang revolusioner.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Newton terlibat dalam eksperimen yang berkaitan dengan fermentasi dan penggunaan bir dalam tinta. Dua resep tinta yang ditulisnya mencerminkan bagaimana ia mengintegrasikan bir ke dalam kegiatan ilmiahnya. Tinta yang digunakan Newton dalam buku catatan dan surat-suratnya bahkan masih dapat terbaca hingga kini.
Gelas kayu ini, yang oleh James Wickins—cucu John Wickins—disebut sebagai “pint flagon”, pernah dipamerkan kepada publik tiga kali sebelumnya, dengan penampilan terakhir pada tahun 1865. Keberadaan gelas ini diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, yang tidak hanya akan melihat artefak tersebut tetapi juga mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan dan karya Newton.
Keluarga Wickins sendiri memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap gelas ini, menjadikannya sebagai suatu relik yang sakral. Mereka mengenang bagaimana gelas tersebut menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Newton dan hubungannya dengan sains.
Selain gelas bir, pameran juga akan menampilkan barang-barang lain yang signifikan, termasuk karya monumental Newton “Principia” dan cetakan wajahnya yang dibuat setelah kematian sebagai referensi untuk patung-patungnya. Karya-karya ini juga menjadi pengingat akan kontribusi luar biasa Newton terhadap dunia sains, yang masih sangat relevan hingga saat ini.
Dengan pameran ini, Royal Society berharap dapat menarik perhatian publik dan meningkatkan pemahaman akan perjalanan ilmu pengetahuan melalui sejarah sosok berpengaruh seperti Isaac Newton. Gelas bir ini bukan hanya menunjukkan sisi kehidupan pribadi Newton, tetapi juga menggemakan betapa kompleks dan menariknya hubungan antara sains dan kehidupan sehari-hari. Pameran ini berpotensi menjadi penanda penting bagi pengunjung untuk merenungkan kembali warisan besar yang ditinggalkan oleh salah satu ilmuwan terhebat sepanjang masa.