
Sindrom nefrotik menjadi topik yang semakin relevan dalam dunia kesehatan, terutama mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kualitas hidup individu, terutama pada anak-anak. Berdasarkan informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, kondisi ini ditandai dengan pengeluaran protein dalam jumlah besar melalui urine, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti pembengkakan tubuh dan peningkatan risiko infeksi.
Sindrom nefrotik umumnya pertama kali terdiagnosis pada anak-anak berusia antara 1 hingga 6 tahun, walaupun dapat terjadi pada berbagai usia. Meskipun penyebabnya masih belum sepenuhnya dipahami, kondisi ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dengan latar belakang etnis Asia. Kerusakan pada glomerulus, jaringan kecil dalam ginjal yang berfungsi menyaring darah, menjadi alasan utama terjadinya sindrom nefrotik. Dalam keadaan normal, glomerulus mencegah protein penting seperti albumin masuk ke dalam urine. Namun, ketika jaringan ini rusak, protein dapat bocor ke dalam urine secara berlebih, memicu gejala sindrom nefrotik.
Penyebab kerusakan pada glomerulus yang memicu sindrom nefrotik beragam, antara lain:
1. Penyakit ginjal diabetik: Diabetes dapat menyebabkan saluran ginjal mengalami kerusakan serius.
2. Penyakit perubahan minimal: Umumnya terjadi pada anak-anak. Meskipun fungsi ginjal terganggu, pemeriksaan mikroskopis menunjukkan jaringan ginjal tampak normal.
3. Fokal segmental glomerulosklerosis: Ditandai dengan jaringan parut di sebagian glomerulus, penyebabnya bisa bervariasi, termasuk kelainan genetik dan penggunaan obat tertentu.
4. Nefropati membranosa: Ini melibatkan penebalan membran glomerulus akibat deposit yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh.
5. Lupus eritematosus sistemik: Penyakit autoimun ini dapat mengakibatkan kerusakan ginjal yang parah.
6. Amiloidosis: Kondisi ini terjadi ketika protein amiloid terakumulasi di ginjal, mengganggu fungsinya.
Gejala sindrom nefrotik yang paling umum adalah pembengkakan atau edema. Kejadian pembengkakan ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, termasuk:
– Wajah dan sekitar mata.
– Lengan dan kaki, terutama telapak kaki dan pergelangan kaki.
– Perut, yang dapat terlihat bengkak.
– Ruam atau luka pada kulit.
– Urin berbusa akibat tingginya kadar protein dalam urine.
– Penurunan nafsu makan.
– Peningkatan berat badan yang tidak terduga, terkait dengan retensi cairan.
– Dalam beberapa kasus, dapat juga terjadi kejang.
Gejala-gejala ini membutuhkan perhatian medis segera untuk diagnosa dan penanganan yang tepat.
Sebagai langkah pengobatan, meskipun sindrom nefrotik tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, pengobatan yang baik dapat membantu mengelola gejala. Beberapa opsi pengobatan antara lain penggunaan obat penurun tekanan darah, diuretik untuk mengurangi pembengkakan, dan statin untuk menurunkan kolesterol. Selain itu, perubahan gaya hidup juga dianjurkan, termasuk diet rendah sodium dan peningkatan asupan cairan.
Pencegahan sindrom nefrotik juga penting, meskipun tidak semua penyebab dapat dihindari. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil antara lain:
1. Mengontrol tekanan darah untuk mencegah kerusakan ginjal.
2. Mengelola diabetes dengan menjaga kadar gula darah.
3. Memperbarui vaksinasi untuk mencegah infeksi.
4. Mengikuti petunjuk penggunaan antibiotik jika diberikan.
Langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko kerusakan ginjal dan komplikasi lebih lanjut. Penanganan yang tepat dan pengelolaan gejala dapat membantu seseorang dengan sindrom nefrotik menjalani hidup yang lebih baik meskipun kondisi tersebut tidak dapat dihindari sepenuhnya.