Gadget Neck: Waspadai Ancaman Nyata di Dunia Digital!

Di era digital saat ini, perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, dan laptop telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari urusan pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan, semua terintegrasi dalam layar digital yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat ancaman kesehatan yang sering kali diabaikan, yang dikenal sebagai gadget neck.

Gadget neck adalah kondisi nyeri leher yang disebabkan oleh kebiasaan menunduk terlalu lama saat menggunakan perangkat elektronik. Dokter spesialis rehabilitasi medik dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Inge Jiemesha, Sp.KFR, menjelaskan bahwa fenomena ini semakin umum terjadi di masyarakat modern. Ia menyatakan, “Kondisi ini terjadi karena postur kepala yang menunduk terus-menerus saat menggunakan gadget. Posisi tersebut menyebabkan ketegangan otot leher yang bisa menimbulkan rasa nyeri bahkan mengganggu aktivitas harian.”

Salah satu data paling mencolok tentang gadget neck adalah mengenai beban yang ditanggung oleh tulang leher saat kepala dalam posisi menunduk. Ketika kepala menghadap ke bawah pada sudut 45 derajat, beban yang ditanggung tulang leher dapat mencapai lebih dari 20 kilogram. Beban yang terus-menerus dipikul dapat mengakibatkan gangguan struktural, saraf terjepit, bahkan kelainan permanen. Selain itu, gadget neck tidak hanya menyerang orang dewasa; anak-anak dan remaja yang telah terbiasa menggunakan gawai sejak usia dini juga berisiko.

Banyak anak yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain gim atau menonton video tanpa memperhatikan postur tubuh yang benar. Tanpa adanya intervensi dan edukasi sejak dini, risiko kelainan postur dapat terjadi lebih awal dari yang diharapkan. Munculnya berbagai masalah postur yang disebabkan oleh gadget neck menuntut perhatian dari orang tua dan pendidik untuk memperkenalkan kebiasaan sehat sejak muda.

Untuk mencegah gadget neck, dr. Inge menyarankan beberapa langkah sederhana namun efektif. Pertama, hindari posisi menunduk dalam waktu lama. Letakkan layar gadget sejajar dengan tinggi mata, sehingga kepala tidak perlu condong ke depan saat menggunakan perangkat tersebut. Kedua, ketika bekerja dengan laptop lebih dari 30 menit, gunakan keyboard eksternal dan kursi ergonomis. Ketiga, lakukan peregangan ringan setiap 30–60 menit untuk merilekskan otot leher dan punggung.

jika nyeri tengkuk sudah terasa, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mencetak penggunaan gawai dan melakukan peregangan ringan. Dalam beberapa kasus, obat pereda nyeri atau pelemas otot dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan. dr. Inge juga menegaskan bahwa berkonsultasi dengan dokter spesialis adalah langkah penting agar dapat diterima penanganan yang tepat.

Penanganan medis untuk gadget neck umumnya dimulai dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap otot dan saraf. Hasil diagnosis tersebut akan menentukan metode terapi yang paling sesuai. Beragam terapi seperti terapi panas atau dingin, elektroterapi, pijat terapeutik, dan terapi gelombang kejut tersedia untuk membantu mengatasi masalah ini. Dalam beberapa kasus, teknologi modern seperti alat terapi Redcord juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan otot dan sendi secara spesifik.

Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ergonomi masih rendah. Banyak yang menganggap nyeri tengkuk sebagai hal biasa dan menunda penanganan hingga gejala menjadi lebih serius. Oleh karena itu, edukasi publik tentang postur tubuh yang baik dan pentingnya istirahat aktif saat menggunakan gadget menjadi kunci untuk mencegah gadget neck.

Lembaga pendidikan dan perusahaan turut berperan penting dalam upaya pencegahan. Sekolah dapat memasukkan materi ergonomi ke dalam kurikulum pendidikan kesehatan, sementara perusahaan dapat menyediakan pelatihan penggunaan perangkat kerja yang ergonomis bagi para karyawannya.

Di tengah arus digitalisasi yang berkembang pesat, menjaga kesehatan tubuh, terutama tulang dan otot, harus menjadi perhatian utama. Gadget neck menjadi peringatan bahwa teknologi yang seharusnya memudahkan hidup dapat menimbulkan masalah kesehatan jika tidak digunakan dengan bijak. Dengan menerapkan gaya hidup digital yang sadar dan memperhatikan postur tubuh, kita dapat menikmati kemajuan teknologi tanpa harus mengorbankan kesehatan kita.

Exit mobile version