
Kabar duka datang dari Puncak Cartenz, Papua, di mana insiden tragis menghantui pendakian di gunung tertinggi di Indonesia. Penyanyi dan penulis Fiersa Besari menjadi bagian dari rombongan pendaki yang terlibat dalam insiden tersebut. Dari sepuluh pendaki yang berangkat, dua di antaranya ditemukan meninggal dunia, yaitu Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, setelah mengalami hipotermia akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut.
Dengan berita duka ini, akun media sosial Fiersa Besari, khususnya Instagram, dibanjiri oleh netizen yang menunjukkan kepedulian dan kekhawatiran atas keselamatan Fiersa. “Bang, lo aman? Dengar berita simpang siur yang meresahkan,” tulis seorang pengguna Instagram di kolom komentar unggahan terakhir Fiersa. Ungkapan serupa juga datang dari banyak netizen yang meminta Fiersa untuk memberikan kabar secepat mungkin.
Di tengah kepanikan ini, beberapa netizen juga menunjukkan dukungan moral dengan harapan agar Fiersa tidak menghentikan kecintaannya terhadap alam dan mendaki gunung. “Turut berduka, Bung. Semoga kejadian ini tidak membuat bung Fiersa berhenti mendaki gunung lagi,” ungkap salah satu pengikutnya.
Sahabat Fiersa, Muhammad Misbahudin, turut memberikan klarifikasi tentang insiden tersebut melalui akun media sosialnya, @terokalana. Ia membagikan kronologi kejadian untuk menghindari informasi yang simpang siur. Dalam unggahannya, Misbahudin berterima kasih kepada semua yang telah menunjukkan perhatian dan mengungkapkan bahwa pihaknya juga merasakan kekhawatiran yang sama. Ia menyatakan, “Dengan adanya kronologi ini, kami berharap semua mendapatkan pemahaman yang benar tentang apa yang terjadi.”
Kejadian tragis ini bermula ketika Fiersa dan rombongannya memulai pendakian ke Puncak Cartenz pada 28 Februari 2025. Cuaca buruk yang melanda kawasan tersebut sangat mempengaruhi keselamatan mereka di lapangan. Menurut informasi yang diterima, dua pendaki yang meninggal dunia, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, didiagnosis mengalami hipotermia, yang dikenal sebagai salah satu penyakit gunung akut (AMS).
Saat berita kematian dua pendaki itu tersebar, banyak netizen merasa cemas dan berharap agar kejadian ini tidak menghalangi Fiersa untuk terus mengeksplorasi keindahan alam Indonesia. Beragam komentar serta dukungan yang diberikan kepada Fiersa mencerminkan besarnya dukungan masyarakat terhadap seniman yang juga merupakan penggemar pendakian gunung.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi seluruh pendaki akan pentingnya keselamatan saat berkunjung ke daerah pegunungan, terutama di tempat-tempat dengan iklim yang ekstrim. Memastikan persiapan yang matang dan memahami kondisi alam sangatlah penting untuk menghindari tragedi serupa di masa depan.
Sementara itu, hingga saat ini, keluarga dan kru pendaki yang tersisa masih terus berupaya untuk mencari cara mengatasi situasi ini. Informasi mengenai keadaan Fiersa dan keselamatan tim pendaki lainnya memang masih dinanti oleh penggemar dan masyarakat luas. Upaya bertahan dalam situasi yang penuh risiko seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi semua yang terlibat.
Kondisi alam di Puncak Cartenz yang keras dan tidak terduga menunjukkan risiko yang harus dihadapi oleh para pendaki. Keberadaan Fiersa dalam rombongan ini telah menjadikan peristiwa ini lebih diperhatikan oleh masyarakat, tidak hanya sebagai sebuah tragedi, tetapi juga sebagai pelajaran penting mengenai keselamatan di alam bebas.