
Fenomena #KaburAjaDulu yang muncul di media sosial mencerminkan keresahan yang dirasakan oleh banyak generasi muda di Indonesia. Keresahan ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri, terutama untuk mereka yang menginginkan pengalaman dan wawasan lebih. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengungkapkan pandangannya mengenai fenomena ini, dengan pernyataan bahwa pergi merantau ke luar negeri sah-sah saja, asalkan dilakukan dengan perhitungan yang matang.
Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, menegaskan pentingnya memahami situasi di negara tujuan sebelum memutuskan untuk merantau. Dalam keterangan yang diterima, ia menyatakan, “Tidak ada salahnya merantau ke luar negeri untuk bekerja, menambah wawasan dan pengalaman. Berangkatlah dengan penuh perhitungan.” Keterangan ini muncul sebagai reaksi terhadap tagar #KaburAjaDulu yang menyoroti keputusan sejumlah warga negara untuk mencari pekerjaan di luar negeri.
Data dari beberapa lembaga internasional menunjukkan prediksi pertumbuhan ekonomi global yang melambat, dengan angka pertumbuhan di kisaran 3% hingga 2026. Di sisi lain, beberapa negara, termasuk Jepang, khususnya pada tahun 2024 diperkirakan tidak akan menembus angka pertumbuhan hingga 1%. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi tenaga kerja potensial yang ingin berkiprah di luar negeri.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 diperkirakan akan tetap stabil di kisaran 5%. Angka yang menjanjikan ini mengisyaratkan kemampuan negara untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja. “Semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi sebuah negara, semakin tinggi kemampuan menyerap tenaga kerja,” jelas Andy.
Dalam upaya meningkatkan lapangan kerja, PSI optimis bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan terus berinovasi. Salah satu langkahnya adalah pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang diharapkan menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor-sektor strategis seperti infrastruktur dan energi terbarukan. “Dengan keberadaan Danantara, akan tumbuh lapangan-lapangan kerja baru dari investasi program strategis yang selama ini belum terwujud,” imbuhnya.
Andy Budiman juga mengingatkan agar masyarakat tetap waspada saat merencanakan keberangkatan ke luar negeri. Beberapa negara memiliki kebijakan yang kurang bersahabat dengan pendatang, dan situasi ini penting untuk dicermati sebelum memutuskan untuk merantau. Contohnya, kebijakan yang diambil oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berdampak signifikan terhadap para imigran.
Kepada calon pekerja yang ingin melanjutkan karier di luar negeri, Budiman menekankan perlunya persiapan yang matang dan cermat. “Kalau cuma mengikuti emosi sesaat karena hasutan sejumlah pihak, lebih baik jangan,” ujar Budiman, yang mengingatkan bahwa keputusan untuk merantau seharusnya diambil berdasarkan pemikiran yang rasional dan informasi yang terperinci.
Menanggapi fenomena #KaburAjaDulu, perjalanan untuk merantau ke luar negeri seharusnya dilandasi dengan perhitungan yang matang, bukan sekadar reaksi emosional terhadap kondisi saat ini. Kesadaran akan perkembangan ekonomi global dan domestik serta kebijakan negara tujuan menjadi faktor penting bagi mereka yang ingin melangkah ke luar negeri. Dengan pemahaman yang jelas dan tujuan yang jelas, diharapkan generasi muda Indonesia dapat mengambil langkah yang bermanfaat, tanpa terjebak pada hasutan atau informasi yang tidak akurat.