
Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) telah mengumumkan penghentian sementara program naturalisasi pemain keturunan yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Keputusan ini diambil karena tidak adanya dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Malaysia untuk melanjutkan program tersebut. Pengumuman ini menciptakan kehebohan di kalangan pendukung Timnas Malaysia, terutama setelah FAM sebelumnya tengah memantau sejumlah pemain keturunan di Eropa untuk dirangkul ke dalam tim nasional.
Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Chow Yu Hu, menjelaskan alasan di balik penghentian program ini. Menurutnya, program naturalisasi tersebut tidak mendapatkan restu dari pemerintah karena beberapa syarat tidak dipenuhi oleh pihak FAM. Syarat utama yang gagal dipenuhi adalah keharusan bagi calon pemain naturalisasi untuk bermain di Liga Nasional (Liga Super Malaysia) selama minimal lima tahun berturut-turut di bawah naungan FAM.
“Secara umum, kriteria untuk memilih pemain yang dinaturalisasi meliputi telah bermain di liga nasional selama setidaknya lima tahun berturut-turut di bawah naungan Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM),” ungkap Chow Yu Hu. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemain yang ingin dinaturalisasi juga harus berusia minimal 18 tahun dan tidak pernah mewakili negara lain di tingkat senior.
Penghentian program ini tentu memberikan dampak signifikan bagi Timnas Malaysia, yang saat ini tengah bersiap menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2027. Tim nasional dibawah arahan pelatih baru, Peter Cklamovski, berada di Grup F bersama Vietnam, Nepal, dan Laos. Dalam ajang ini, hanya satu tim yang berhak untuk melaju ke putaran final, sehingga peningkatan kualitas skuad melalui program naturalisasi semakin dibutuhkan.
Dengan keputusan ini, mental dan motivasi pemain kemungkinan akan terpengaruh, karena keberadaan pemain naturalisasi dianggap dapat meningkatkan daya saing tim. FAM selama ini berharap bahwa dengan menaturalisasi pemain memberikan peluang bagi Timnas Malaysia untuk bersaing lebih baik di level internasional, serupa dengan yang dilakukan oleh Timnas Indonesia.
Situasi ini menjadi lebih rumit mengingat banyaknya peraturan yang harus dipatuhi dalam proses naturalisasi, dan keinginan FAM untuk mengembangkan potensi pemain muda tidak bisa diabaikan. Seiring dengan berjalan waktu, mereka harus mencari cara untuk menyesuaikan strategi pengembangan tim agar tetap kompetitif dalam kancah sepakbola Asia.
Selama ini, keberadaan pemain-pemain yang dinaturalisasi dianggap sebagai solusi untuk menambal kelemahan dalam tim, terutama saat mereka berjuang untuk meraih prestasi di level yang lebih tinggi. Adanya penghentian program ini bisa berdampak baik atau buruk tergantung pada kebijakan yang akan diambil oleh FAM dalam jangka waktu mendatang.
Dalam menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2027 yang akan dimulai pada Maret 2025, Timnas Malaysia memerlukan semua dukungan serta kesiapan yang optimal. Persaingan di grup F dipastikan akan menjadi ajang yang sangat sengit, mengingat lawan-lawannya juga merupakan tim-tim yang tengah berkembang.
Sebagai langkah untuk memperbaiki kualitas tim, FAM perlu mencari alternatif lain dalam menciptakan strategi penyempurnaan skuad yang sesuai dengan visi jangka panjang sepakbola Malaysia. Tentu, keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyukseskan perkembangan sepakbola nasional akan menjadi faktor penentu di masa mendatang.
Dengan pengumuman terbaru ini, harapan untuk melihat wajah baru dalam timnas dengan kehadiran pemain hasil naturalisasi sepertinya harus ditunda. Kini, perhatian FAM lebih diarahkan kepada upaya menemukan solusi yang tepat untuk menjaga semangat dan performa Timnas Malaysia dalam ajang-ajang mendatang, sembari menunggu sinyal positif dari pemerintah agar program naturalisasi dapat dilanjutkan di kemudian hari.