F-35 Disebut Sampah: Temukan Penyebab di Balik Kontroversi!

Jet tempur siluman F-35 terus menjadi sorotan tajam, dengan berbagai kritik yang mengemuka dari banyak pihak, termasuk tokoh terkemuka seperti Elon Musk. Sebagai salah satu proyek militer termahal dalam sejarah, F-35 diklaim oleh sejumlah pengamat sebagai “sampah” karena serangkaian masalah yang mengganggu performa dan keandalannya. Berikut ini merupakan penyebab utama mengapa F-35 mendapat sebutan tersebut.

Biaya produksi dan operasional F-35 dinyatakan sebagai salah satu faktor utama kritik yang datang. Program jet ini diperkirakan akan menghabiskan anggaran fantastis hingga $1,7 triliun untuk hampir 2.500 unit. Biaya perawatan yang tinggi juga menjadi perhatian serius, di mana laporan dari Government Accountability Office (GAO) mengungkapkan bahwa hampir 30% armada F-35 mengalami ketidakmampuan untuk terbang dalam periode tertentu karena kurangnya suku cadang. Dengan biaya yang melonjak tinggi serta berbagai keterbatasan dalam pemeliharaan, anggaran terbatas menjadi tantangan besar bagi banyak angkatan bersenjata yang mengoperasikan F-35.

Selain masalah finansial, jet ini juga dihadapkan pada berbagai masalah teknis yang meragukan keandalannya. Laporan dari GAO menunjukkan bahwa F-35 hanya mampu melaksanakan 55% dari total misi yang telah ditentukan, sebagian besar disebabkan oleh masalah pemeliharaan. Rendahnya tingkat keberhasilan misi ini tentunya mengkhawatirkan bagi angkatan udara yang mengandalkan pesawat ini sebagai salah satu andalan dalam operasi militer.

Desain F-35 menjadi sorotan utama dalam kritik yang disampaikan oleh Elon Musk. Menurutnya, desain pesawat ini mencapai “kerusakan pada tingkat persyaratan” karena berusaha memenuhi terlalu banyak kebutuhan sekaligus. Musk menilai kondisi ini menyebabkan jet menjadi mahal, rumit, dan tidak mengungguli dalam satu aspek tertentu. Selaras dengan pemikirannya, Musk juga berpendapat bahwa di zaman kehadiran drone, penggunaan jet tempur berawak seperti F-35 sudah tergolong usang dan justru membahayakan keselamatan pilot di lapangan.

Kemudian, insiden yang melibatkan F-35 juga turut menambah reputasi negatif pesawat ini. Dalam insiden terbaru, sebuah jet F-35 senilai $81 juta dilaporkan jatuh dan terbakar di Pangkalan Angkatan Udara Eielson di Alaska saat menjalani latihan pada Januari 2025. Peristiwa ini menambah daftar panjang masalah yang mendera program F-35 dan semakin menegaskan ketidakpastian di kalangan angkatan bersenjata tentang efektivitas serta efisiensi jet tempur ini.

Meskipun F-35 dilengkapi dengan teknologi canggih dan kemampuan siluman yang diakui, berbagai masalah ini menciptakan perdebatan hangat mengenai masa depan pesawat tersebut. Banyak pihak berspekulasi tentang apakah investasi besar yang dikeluarkan untuk program ini benar-benar sepadan dengan performa yang dihasilkan. Dengan kondisi yang ada, pertanyaan tentang kemampuan F-35 untuk bertahan di tengah zaman yang semakin pesat dalam perkembangan teknologi militer pun terus mengemuka.

Ke depan, program F-35 memerlukan perhatian lebih untuk mengatasi berbagai masalah yang telah teridentifikasi. Dari segi desain, jam terbang, hingga biaya operasional, semua aspek perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa pesawat ini bisa memenuhi harapan sebagai aset strategis bagi angkatan bersenjata di masa depan. Semua ini membuat kita bertanya-tanya, apakah jet tempur siluman ini masih bisa diandalkan ataukah harus dipertimbangkan untuk mengganti dengan konsep yang lebih inovatif dan efisien di era modern.

Back to top button