
Elon Musk, CEO SpaceX dan Tesla, memberikan kritik tajam terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataan yang diunggah di akun jejaring sosialnya pada hari Kamis. Musk menyatakan bahwa rakyat Ukraina “membenci” presiden mereka dan menuduh Zelensky menjalankan “mesin korupsi besar-besaran” tanpa menunjukkan bukti. Pernyataan ini muncul di tengah dinamika politik yang rumit, terutama terkait pengunduran pemilihan umum di Ukraina yang disebabkan oleh keadaan darurat militer pasca-invasi Rusia pada tahun 2022.
Dalam cuitannya, Musk mengungkapkan keprihatinan mengenai keputusan Zelensky untuk membatalkan pemilihan umum, menyatakan, “Ia tahu bahwa ia akan kalah telak, meskipun telah menguasai SEMUA media Ukraina, jadi ia membatalkan pemilihan umum. Kenyataannya, ia dibenci oleh rakyat Ukraina.” Pernyataan tersebut mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Zelensky dalam menjaga legitimasi pemerintahannya di tengah ketegangan yang berkepanjangan akibat konflik dengan Rusia.
Ada banyak alasan yang mendasari pengunduran pemilihan umum di Ukraina. Saat ini, Ukraina berada dalam keadaan darurat militer yang menyebabkan penundaan berbagai proses demokratis. Zelensky sendiri terpilih pada tahun 2019 untuk masa jabatan lima tahun, namun situasi darurat sebagai dampak invasi telah membuat pemilihan umum tidak mungkin dilaksanakan. Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat tentang masa depan demokrasi di Ukraina serta mengenai transparansi pemerintahan Zelensky.
Musk, yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia, sepertinya merasa berempati dengan pandangan politik beberapa pihak yang mendukung mantan Presiden AS Donald Trump. Dalam pernyataan lainnya, Musk mendorong diadakannya pemilihan umum segera di Ukraina, sejalan dengan dorongan dari beberapa anggota tim Trump. Mike Waltz, Penasihat Keamanan Nasional Trump, juga mengingatkan agar Zelensky mendinginkan kritiknya terhadap Trump, menyebutkan bahwa retorika yang dikeluarkan dari Kyiv terkait Trump tidak dapat diterima.
Di sisi lain, tanggapan Musk terhadap Zelensky mencerminkan ketegangan lebih luas yang terjadi antara Kyiv dan Washington. Trump, yang selama ini sering mengkritik pemerintahan Ukraina, baru-baru ini menyatakan bahwa Zelensky adalah “diktator tanpa pemilihan” dan menyinggung bahwa Ukraina adalah pihak yang memulai perang, mendistorsi narasi yang diterima luas di kalangan sekutu internasional. Hal ini menunjukkan bagaimana persepsi terhadap kepemimpinan Zelensky telah terpolarisasi, baik di dalam negeri maupun di luar Ukraina.
Dalam konteks ini, Musk tidak hanya menyerang Zelensky secara pribadi, tetapi juga merefleksikan sentimen yang berkembang di kalangan beberapa pemilih Trump bahwa kepemimpinan Zelensky tidak lagi memadai. Komentar Musk berpotensi membangkitkan kembali perdebatan mengenai bagaimana pemerintah Ukraina dapat memperbaiki citranya tidak hanya di hadapan rakyatnya sendiri, tetapi juga di mata dunia luar.
Kondisi ini semakin rumit mengingat dukungan luas dari negara-negara Barat kepada Ukraina dalam rangka melawan invasi Rusia. Meskipun demikian, kritik dan desakan untuk mengadakan pemilihan umum kembali menjadi pokok perbincangan, terutama dengan dukungan dari tokoh-tokoh terkemuka seperti Musk yang memberikan sinyal tambahan bagi Zetensky bahwa keberlangsungan pemerintahannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat.
Musk, selain sebagai pengusaha sukses, juga berperan sebagai pengamat politik yang cukup berpengaruh. Sebagai salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar di media sosial, pernyataannya bisa memicu reaksi yang lebih luas dan mengubah persepsi publik terhadap pemimpin Ukraina. Dalam situasi seperti ini, penting bagi pemerintah Ukraina untuk mempertahankan transparansi dan mengupayakan kembali proses demokrasi agar legitimasi Zelensky sebagai pemimpin dapat terjaga.