Elkan Baggott: Rindu Timnas Indonesia, Tapi Hindari Netizen!

Elkan Baggott, pemain sepak bola dengan darah Indonesia, Inggris, dan Thailand, kini sedang mengalami dilema emosional. Rindu untuk kembali bermain di Timnas Indonesia, Baggott harus menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, termasuk menghindar dari sorotan netizen Indonesia. Kisah ini menarik untuk dicermati mengingat identitas dan hubungan Elkan dengan negara asalnya, serta tantangan yang dihadapinya di dunia maya.

Baggott, yang saat ini dipinjamkan ke klub Championship, Blackpool, terakhir kali tampil bersama skuad Garuda pada Januari 2024, ketika Indonesia menghadapi Australia di babak 16 besar Piala Asia 2023. Sejak saat itu, namanya tidak lagi muncul di daftar pemain Timnas Indonesia, yang dinilai banyak pihak disebabkan konflik dengan pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong.

Awal mula konflik tersebut terjadi ketika Shin meminta Baggott untuk bergabung dalam laga Playoff Olimpiade 2024 melawan Guinea. Keputusan Baggott untuk menolak panggilan tersebut memicu kemarahan pelatih asal Korea Selatan itu. Setelah insiden itu, Shin Tae-yong lebih memilih untuk memanggil bek tengah lain seperti Jay Idzez, Rizky Ridho, dan Mees Hilgers untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Baggott.

Menolak panggilan untuk membela Timnas bukan tanpa konsekuensi. Baggott mengaku menjadi sasaran hujatan dari netizen di Tanah Air yang mengklaim bahwa pemain berusia 20 tahun itu tidak memiliki rasa nasionalisme. Komentar negatif pun terus mengalir, dengan beberapa netizen menyatakan bahwa ia lebih memilih berlibur dengan kekasihnya daripada membela tim nasional. Akibatnya, Baggott merasa perlu untuk menjauh dari media sosial, menyebutkan bahwa dunia maya saat ini sedang tidak sehat.

Dalam sebuah podcast, Baggott berbagi pengalamannya tentang bagaimana komentar di Twitter sempat memberikan dampak psikologis yang cukup berat. Ia mengingat saat-saat setelah bertanding, ketika ia memasuki ruang ganti dan langsung melihat reaksi negatif dari netizen. “Hal yang pertama saya lihat adalah Twitter dan melihat bagaimana orang-orang berpikir saya telah melakukan sesuatu yang sangat buruk,” ujar Baggott.

Keputusan untuk menghindar dari media sosial adalah langkah yang diambilnya untuk menjaga kesehatan mental. Ia mengaku merasa bahwa lingkungan di dunia maya bisa menjadi toxic, terutama ketika ada banyak komentar merugikan setelah sebuah pertandingan.

Meskipun dalam situasi yang sulit, rindu untuk kembali membela tim nasional tetap menghantui Baggott. Ia menyampaikan harapannya untuk bisa kembali ke dalam skuad Timnas Indonesia, tempat di mana ia merasa bisa memberikan kontribusi terbaik. Dukungan dan kerinduan dari penggemar Indonesia pun terasa, meski banyak di antaranya yang menyayangkan keputusannya untuk menolak panggilan sebelumnya.

Pihak PSSI dan pelatih baru diharapkan dapat mempertimbangkan situasi ini dengan seksama. Sementara itu, publik berharap Baggott dapat segera menemukan jalan kembali ke Timnas, sekaligus memperbaiki citranya di hadapan netizen. Di era digital ini, penting bagi atlet untuk menjaga keseimbangan antara citra publik dan kehidupan pribadi, terutama ketika mereka menghadapi sorotan besar dari para penggemar dan media.

Kisah Elkan Baggott menggambarkan tantangan yang dihadapi atlet muda dalam mengelola karir sekaligus mempertahankan hubungan dengan penggemar di tengah beragam tekanan yang ada. Dengan harapan, masa depan Baggott di Timnas Indonesia akan berujung positif, sehingga ia bisa menunjukkan bakat dan komitmennya pada tanah air.

Berita Terkait

Back to top button