Eks Ajudan Zelensky: Ukraina Siap Ledakkan Pembangkit Nuklir!

Mantan ajudan Presiden Ukraina, Aleksey Arestovich, baru-baru ini membuat pernyataan mengejutkan mengenai rencana ekstrem yang diusulkan oleh Kepala Intelijen Ukraina, Kirill Budanov. Dalam wawancara dengan jurnalis Alexandr Shelest, Arestovich mengklaim bahwa Budanov mengusulkan untuk meledakkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) jika Ukraina menghadapi kekalahan dalam konflik dengan Rusia. Pernyataan ini mencuat ditengah situasi perang yang semakin intens di Ukraina, dan menjadi sorotan media internasional.

Arestovich menegaskan bahwa rencana untuk meledakkan PLTN yang berada dalam kendali Ukraina dan Rusia adalah upaya untuk mencegah pihak musuh mendapatkan akses ke sumber daya nuklir. “Budanov sudah mengutarakan (ide) itu satu setengah tahun yang lalu. Meledakkan semuanya: PLTN Rusia yang bisa kami jangkau, dan PLTN kami sendiri — jadi tidak ada yang bisa mendapatkannya… Prinsipnya: kita semua akan menderita, tetapi mereka juga akan menderita,” ungkap Arestovich.

Pernyataan ini muncul bersamaan dengan komentar yang disampaikan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai PLTN di Ukraina. Trump mengklaim bahwa kepemilikan Amerika atas fasilitas nuklir tersebut “bisa menjadi perlindungan terbaik” bagi infrastruktur kritis di negara tersebut. Menurut Arestovich, Amerika Serikat berusaha mencegah terjadinya bencana nuklir dan tidak semata-mata ingin mengambil alih fasilitas tersebut. “Mereka tahu tentang rencana kami untuk meledakkan semua PLTN jika Ukraina mulai kalah,” lanjut Arestovich.

Lebih jauh, Arestovich juga memberikan kritik terhadap cara pemerintahan AS dalam memperlakukan Ukraina. Ia mengibaratkan kepemimpinan Ukraina saat ini sebagai “kera dengan granat”, menandakan bahwa mereka menganggap Ukraina sebagai pihak yang berpotensi berbahaya jika dibiarkan tanpa pengawasan. Arestovich menyebutkan bahwa pemerintah Demokrat di AS akan menggunakan tekanan secara diam-diam, sementara pemerintahan Trump lebih terbuka dan blak-blakan dalam strateginya.

Sementara itu, pernyataan Trump mengenai potensi pengelolaan PLTN di Ukraina menuai berbagai respons. Trump mengklaim bahwa Washington dapat menawarkan bantuan dalam menjalankan pabrik-pabrik tersebut dengan keahlian yang dimiliki mereka. Namun, Presiden Zelensky memberikan penjelasan yang berbeda, dengan menyatakan bahwa diskusi antara mereka hanya berkisar pada potensi investasi Amerika di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporozhia (ZNPP), yang merupakan fasilitas PLTN terbesar di Eropa.

ZNPP sendiri telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret 2022, dan pada musim gugur tahun yang sama, wilayah Zaporozhia bersama dengan tiga wilayah lainnya mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Konflik ini semakin memicu ketegangan antara kedua negara, dengan Rusia menuduh Ukraina melakukan serangan terhadap PLTN ZNPP dan fasilitas lainnya, yang mereka sebut sebagai “terorisme nuklir”. Di sisi lain, Ukraina mengklaim bahwa serangan tersebut justru datang dari pihak Rusia.

Kondisi ini menciptakan situasi yang sangat berbahaya, mengingat potensi bencana nuklir jika konflik ini terus berlanjut. Dalam konteks ini, rencana ekstrem untuk meledakkan PLTN yang diusulkan Arestovich menjadi perhatian utama, mencerminkan tingkat ketegangan dan kompleksitas dalam hubungan Ukraina dan Rusia serta implikasi global dari konflik tersebut. Perlu dicatat bahwa rencana seperti itu, jika benar-benar dilaksanakan, berpotensi mengancam keselamatan banyak orang, tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di negara-negara tetangga.

Seiring dengan berjalannya waktu, situasi di Ukraina akan terus menjadi sorotan dunia. Ketegangan yang terjadi bukan hanya membentuk lanskap politik dalam negeri Ukraina, tetapi juga berpengaruh terhadap hubungan internasional, khususnya dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau perkembangan di kawasan tersebut serta dampaknya terhadap keamanan global.

Berita Terkait

Back to top button