
Mantan Presiden Peru, Pedro Castillo, dilarikan ke rumah sakit setelah menjalani mogok makan selama tiga hari sebagai bentuk protes terhadap sidang kasus pemberontakannya. Castillo yang ditahan di penjara sejak Desember 2022, mengalami masalah kesehatan yang diduga berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan-elektrolit dan dehidrasi ringan. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa Castillo dibawa menggunakan ambulans ke rumah sakit yang terletak di Vitarte, distrik Ate, pada Kamis, 13 Maret 2025.
Dalam pernyataannya, Hakim Norma Carbajal menyatakan bahwa kondisi Castillo tidak mengancam jiwa dan ia dirawat di rumah sakit untuk tujuan pencegahan. Meski demikian, pihak penjara menangguhkan hak kunjungan Castillo selama mogok makannya, yang dianggap melanggar peraturan penjara yang berlaku.
Castillo, yang kini berusia 55 tahun, memulai mogok makan ini pada tanggal 10 Maret 2025 sebagai bentuk protes terhadap persidangan yang dijalaninya. Mantan presiden ini menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan upayanya untuk menuntut keadilan, mengklaim bahwa penahanannya tidak adil dan bahwa ia telah dituduh melakukan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya.
Mantan pengacaranya, Walter Ayala, juga mengungkapkan bahwa Castillo telah mengajukan permohonan kepada Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika untuk meminta pemulihan hak-haknya yang dinilai terlanggar. Pengacara Castillo mendesak pihak berwenang untuk mempertimbangkan keadilan dan hak asasi manusia atas kasus yang menghimpit kliennya.
Pedro Castillo dijatuhi hukuman 18 bulan penjara pada 14 Desember 2022 setelah dimakzulkan oleh Kongres. Ia diadili atas tuduhan memimpin organisasi kriminal dan melakukan kejahatan publik. Sejak saat itu, kasus yang dihadapi Castillo menjadi sorotan internasional, dengan banyak pihak mempertanyakan prosedur hukum yang dijalaninya. Pada bulan Juni 2023, hukuman penjara pencegahannya diperpanjang selama 14 bulan lagi.
Kondisi kesehatan Castillo semakin menjadi perhatian publik, terlebih dengan masa tahanan yang dilaluinya dan tekanan yang dihadapinya sebagai mantan kepala negara. Banyak yang beranggapan bahwa mogok makan adalah langkah terakhir yang diambilnya untuk menggugah kesadaran akan kondisi yang ia alami. Dalam konteks ini, opini publik terbelah; sebagian mendukung perjuangan Castillo, sementara yang lainnya menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk penghindaran dari pertanggungjawaban hukum atas tuduhan yang dihadapinya.
Sebelum mogok makan, Castillo mengeluarkan pernyataan yang menolak semua tuduhan yang diarahkan kepadanya. Ia menyebutkan bahwa persidangan yang dijalaninya sarat dengan ketidakadilan dan tekanan politik.
Meskipun pengacara dan keluarga Castillo berharap agar kesehatan mantan presiden tersebut segera membaik, mereka khawatir dengan dampak jangka panjang dari mogok makan ini. Ketidakpastian mengenai kondisi dan masa depan hukum Castillo tetap menjadi isu penting di Peru.
Persidangan dan langkah-langkah hukum selanjutnya masih menunggu untuk diselesaikan. Pada saat yang sama, masyarakat Peru menantikan perkembangan lebih lanjut tentang nasib mantan presiden mereka dan bagaimana hal ini akan memengaruhi stabilitas politik di negara tersebut. tindakan mogok makan yang diambil Castillo merupakan gambaran dari ketidakpuasan terhadap sistem hukum yang ada serta harapan akan keadilan yang dianggap semakin jauh dari jangkauan.