Drama di Barnard College: Ancaman Bom dan Aksi Pro-Palestina Ricuh!

Perpustakaan Barnard College di New York mengalami situasi tegang pada hari Rabu, ketika polisi menanggapi ancaman bom palsu yang ditujukan pada gedung tersebut selama aksi duduk yang dilakukan oleh pengunjuk rasa pro-Palestina. Departemen Kepolisian New York mengumumkan melalui sosial media X bahwa komunikasi ancaman tersebut diterima mengenai Milstein Center, yang berfungsi sebagai pusat kehidupan akademis di kampus Barnard. Hal ini memicu evakuasi gedung, dengan peringatan dari pihak kepolisian bahwa siapa pun yang menolak untuk meninggalkan lokasi akan ditangkap.

Setelah penyelidikan berlangsung, pihak kepolisian mengkonfirmasi sekitar pukul 20.00 bahwa situasi tersebut sudah ditangani dan ancaman telah dinyatakan tidak valid. Namun, pengunjuk rasa tetap mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan yang diambil oleh otoritas kampus. Juru bicara kepolisian melaporkan bahwa sembilan orang ditangkap, meskipun belum ada keterangan mengenai tuduhan yang dihadapi oleh mereka.

Video yang tersebar di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa yang terlibat dalam aksi di dalam gedung, melantunkan yel-yel, menabuh drum, dan menggantung bendera Palestina. Beberapa di antara mereka mengenakan syal kaffiyeh yang menutupi identitas mereka. Aksi ini dimulai sebagai respons terhadap tindakan pengusiran terhadap mahasiswa yang menggelar protes dan kebijakan-kebijakan lainnya yang dianggap merugikan oleh pihak pengunjuk rasa.

Keadaan di kampus semakin mencari ketegangan ketika polisi, mengenakan peralatan lengkap, mulai membersihkan gedung dan menahan pengunjuk rasa serta beberapa orang lainnya yang tidak terlibat. Presiden Barnard College, Laura Ann Rosenbury, memberikan pernyataan setelah insiden tersebut, menyatakan bahwa perguruan tinggi akan melanjutkan kegiatan akademiknya pada hari berikutnya. Namun, ia mengecam tindakan pengunjuk rasa yang dinilai membahayakan keselamatan mahasiswa dan staf.

Dalam pernyataannya, Rosenbury mengungkapkan keprihatinan terhadap gangguan yang terjadi, mengatakan, “Hari ini meresahkan dan mengganggu, dan gangguan yang terus berlanjut ini berdampak buruk pada komunitas kami.” Ia menggarisbawahi bahwa kehendak sekelompok individu untuk mengganggu dan mengancam tidak dapat mengalahkan kebutuhan mahasiswa, fakultas, dan staf yang menjadikan kampus tersebut sebagai rumah mereka.

Sementara itu, Kelompok Mahasiswa Columbia untuk Keadilan di Palestina menanggapi ancaman bom yang dinyatakan oleh pihak kampus sebagai “dibuat-buat” untuk membubarkan aksi protes. Mereka menyatakan bahwa tindakan polisi yang mengembalikan mahasiswa yang ditahan ke perpustakaan padahal penyelidikan masih berlangsung menunjukkan adanya kesalahan dalam penanganan situasi tersebut. Aksi duduk yang mereka lakukan dimulai sekitar pukul 13.00 sebagai bentuk protes terhadap tindakan-tindakan yang dianggap membatasi kebebasan berbicara di dalam komunitas kampus.

Insiden ini menyoroti kondisi yang semakin memanas di berbagai kampus uni, terutama dalam konteks isu-isu politik dan sosial yang berkaitan dengan konflik Palestina-Israel. Protes semacam ini sering kali diiringi dengan ketegangan yang bisa berdampak pada keselamatan para pengunjuk rasa dan masyarakat umum. Kejadian di Barnard College menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kampus berfungsi sebagai arena bagi perdebatan intens tentang politik internasional.

Perkembangan ini mencerminkan dinamika yang mungkin akan terus berlanjut tidak hanya di Barnard College, tetapi juga di institusi pendidikan lainnya di seluruh dunia, di mana isu-isu sosial dan politik sering memicu reaksi beragam dari mahasiswa, otoritas kampus, dan penegak hukum.

Berita Terkait

Back to top button