Donald Trump Naikkan Tarif Impor China, Ketegangan Dagang Dunia Meningkat

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah kebijakan tarif impor yang diprakarsai oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, memicu gelombang reaksi global. Kebijakan ini tidak hanya memperburuk hubungan bilateral kedua negara, tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar dalam lanskap ekonomi dunia.

China Tak Gentar Hadapi Perang Tarif

Ketika pemerintah AS memberlakukan tarif impor kumulatif hingga 145 persen terhadap produk asal China, Beijing langsung merespons tegas. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan bahwa China tidak mencari konflik, namun juga tidak akan mundur.

Beberapa pernyataan tegas dari China:

  • “China tidak ingin perang, tetapi tidak takut menghadapinya.”

  • “Dialog hanya bisa dilakukan jika ada prinsip kesetaraan dan saling menghormati.”

  • “Setiap tekanan sepihak dari AS tidak akan berhasil.”

China menilai langkah balasan yang diambil bukan hanya untuk mempertahankan kepentingan nasional, tetapi juga untuk melindungi keadilan global dan tatanan internasional.

Dampak Tarif Trump pada Ekonomi Global

Kebijakan tarif yang diusung Donald Trump telah memicu kekhawatiran serius di kalangan ekonom dunia. Meskipun ada jeda selama 90 hari sebelum tarif tambahan diberlakukan, dampaknya sudah mulai terasa.

Dampak utama terhadap ekonomi global menurut para ekonom:

  • Pertumbuhan ekonomi global menurun hingga 1%, bahkan bisa mencapai 3% jika konflik meluas.

  • Negara-negara eksportir seperti Indonesia terancam mengalami disrupsi dalam perdagangan internasional.

  • Ketidakpastian pasar meningkat, mempersulit perencanaan jangka panjang oleh pelaku ekonomi.

Ronny P Sasmita dari ISEAI menyebut perang dagang ini sebagai “cold trade war” yang punya efek domino besar terhadap kestabilan perdagangan internasional.

Negara Mitra AS Bereaksi

Kebijakan Donald Trump soal tarif impor memaksa banyak negara untuk melakukan penyesuaian. Beberapa negara, termasuk Indonesia, mulai mengatur ulang neraca dagangnya dengan AS sebagai respons atas tekanan tersebut.

Langkah-langkah yang mulai diambil negara mitra AS:

  • Negosiasi ulang perdagangan internasional guna menyesuaikan kebijakan tarif baru.

  • Peningkatan impor dari AS untuk memperbaiki neraca perdagangan.

  • Penghapusan batasan kuota impor, seperti yang dilakukan Indonesia, demi menjaga hubungan dagang yang harmonis.

Menurut Piter Abdullah dari Segara Research Institute, kebijakan tarif ini memang dirancang untuk mengubah peta perdagangan global agar lebih menguntungkan AS, meskipun itu berarti menekan negara-negara lain.

Ketika donald trump tarif impor kembali menjadi topik utama dalam geopolitik ekonomi, dunia kini menghadapi tantangan baru dalam menjaga stabilitas perdagangan global. Negara-negara seperti Indonesia harus bersiap menghadapi tekanan eksternal sekaligus mencari cara inovatif untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.

Berita Terkait

Back to top button