Caroline Darian, anak dari Dominique Pelicot dan Gisèle Pelicot, telah resmi mengajukan tuntutan hukum terhadap ayahnya dengan tuduhan serius yakni membius dan memperkosanya. Tuduhan ini muncul setelah Caroline menemukan foto-foto yang menunjukkan dirinya dalam keadaan tidak sadar, yang diambil oleh ayahnya tanpa sepengetahuannya. Dominique Pelicot, di sisi lain, membantah tuduhan tersebut, selalu menegaskan bahwa ia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap putrinya.
Pada Desember 2023, Dominique Pelicot dijatuhi hukuman 20 tahun penjara setelah pengadilan memvonisnya bersalah atas tindakan kekerasan seksual terhadap mantan istri, Gisèle Pelicot, selama hampir satu dekade. Kasus ini menjadi sorotan global, terutama karena Pelicot dilaporkan membius Gisèle dan merekam pemerkosaan yang dilakukan terhadapnya, dengan menyimpan ratusan video yang mendokumentasikan kekejaman tersebut.
Dalam penemuan mengejutkan, polisi menemukan dua foto Caroline Darian yang menunjukkan dirinya tidur dalam posisi yang mencurigakan, mengenakan pakaian dalam yang tidak dikenalnya. Caroline mengklaim bahwa foto-foto tersebut adalah bukti bahwa ia juga menjadi korban dari tindakan ayahnya. Menurutnya, ia merasa sangat terkejut ketika melihat foto-foto itu untuk pertama kali, mengakui bahwa ia merasa dirinya mungkin telah dibius untuk tujuan pelecehan seksual, meskipun tidak memiliki bukti langsung.
Pengacara Dominique Pelicot, Béatrice Zavarro, menyatakan bahwa keputusan Caroline untuk mengajukan tuntutan tidak mengejutkan, tetapi menggarisbawahi bahwa jaksa sebelumnya tidak menemukan unsur bukti yang cukup untuk menuduh Pelicot atas pelecehan terhadap putrinya. Fenomena ini menyoroti kompleksitas dalam proses hukum yang berkaitan dengan pelecehan seksual, terutama ketika menyangkut hubungan antara pelaku dan korban dalam konteks keluarga.
Sidang yang memicu gelombang emosi ini adalah bagian dari proses hukum yang lebih besar yang melibatkan Dominique Pelicot dan Gisèle Pelicot. Caroline Darian telah mengekspresikan kekhawatirannya menjadi “korban yang terlupakan” selama persidangan yang berlangsung selama 16 minggu, menyatakan bahwa ia perlu diakui sebagai korban juga.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Caroline mengungkapkan bahwa tuntutannya bersifat “simbolis” dan mencerminkan keinginannya untuk diakui sebagai korban. Dia berharap dengan mengajukan tuntutan ini, suara para korban pelecehan berbasis obat bius tidak akan terabaikan lagi. Caroline kini bekerja sama dengan pengacara Florence Rault, yang memiliki pengalaman dalam memperjuangkan keadilan untuk korban kekerasan.
Kasus yang menimpa Caroline Darian ini tidak hanya berfokus pada pengalaman pribadinya, tetapi juga menyoroti isu-isu yang lebih luas terkait pelecehan seksual dan sistem peradilan. Florence Rault menyuarakan kritik terhadap pihak berwenang yang tidak menawarkan pemeriksaan atau pengujian yang sesuai untuk Caroline serta mendesak dilakukan penyelidikan yang lebih serius dan mendalam. Ia menyatakan bahwa penyelidikan sebelumnya lebih memfokuskan perhatian pada Gisèle Pelicot daripada pada Caroline, sehingga mengabaikan potensi bukti yang bisa mendukung tuduhan terhadap Dominique Pelicot.
Sementara itu, proses hukum lain terkait Dominique Pelicot juga terus berlanjut. Sebanyak 49 pria lainnya yang terlibat dalam kasus tersebut dijatuhi hukuman bersama Pelicot, semua dinyatakan bersalah atas berbagai dakwaan pelecehan seksual. Persidangan baru untuk kasus banding akan berlangsung pada akhir tahun ini.
Kasus ini telah berhasil menarik perhatian publik dan media baik di Prancis maupun di seluruh dunia, mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan dampak dari pelecehan seksual dan pentingnya mendengarkan suara korban. Seiring berjalannya proses hukum, perhatian tetap tertuju pada bagaimana sistem peradilan akan menangani tuduhan baru ini dan bagaimana keadilan dapat ditegakkan untuk seluruh korban.