
Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat bahwa pada April 2025, inflasi year-on-year (y-o-y) di kawasan ini mencapai 2,10%. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Dalam keterangan pers yang disampaikan oleh Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati, diketahui bahwa inflasi di Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar 2,19%, sedangkan di Kota Yogyakarta berada di angka 2,01%.
Indeks Harga Konsumen (IHK) di DIY tercatat sebesar 107,75, yang menunjukkan adanya perubahan harga yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Herum menjelaskan bahwa kenaikan inflasi di DIY didorong oleh peningkatan harga pada beberapa kelompok pengeluaran utama. Salah satu penyokong utamanya adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 2,25%.
Berikut adalah rincian inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran:
– Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau: 2,25%
– Kelompok Pakaian dan Alas Kaki: 3,04%
– Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga: 1,28%
– Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga: 2,01%
– Kelompok Kesehatan: 2,31%
– Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya: 1,74%
– Kelompok Pendidikan: 1,36%
– Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran: 1,76%
– Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya: 13,13%
Dari data tersebut, jelas terlihat bahwa pengeluaran untuk kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi tertinggi, mencapai 13,13%. Komoditas-komoditas yang memengaruhi inflasi y-o-y pada bulan April 2025 antara lain termasuk emas perhiasan, kopi bubuk, cabai rawit, serta berbagai produk tembakau seperti sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT).
Tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) pada April 2025 tercatat sebesar 1,67%, sementara inflasi year-to-date (y-to-d) mencapai 1,71%. Meskipun ada tekanan inflasi, beberapa kelompok mengalami penurunan indeks, seperti kelompok transportasi yang mencatat inflasi negatif sebesar 0,44% dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,65%.
Komoditas yang memberikan andil deflasi di antaranya adalah daging ayam ras, tomat, beras, dan buncis. Laporan ini juga menyebutkan bahwa untuk kelompok kesehatan, inflasi y-o-y tercatat sebesar 2,31%, menunjukkan kenaikan dari 104,45 pada April 2024 menjadi 106,86 pada April 2025. Subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan mencatat inflasi tertinggi di kelompok ini, mencapai 3,98%.
Kelompok pendidikan juga mengalami inflasi sebesar 1,36%, dengan subkelompok pendidikan dasar dan anak usia dini mencatat inflasi tertinggi di 2,91%. Herum menegaskan bahwa seluruh subkelompok dalam kelompok pendidikan mengalami inflasi y-o-y pada April 2025.
Dengan kondisi inflasi yang terjadi di DIY, tantangan bagi pemerintah dan masyarakat adalah menjaga daya beli serta stabilitas harga. Komoditas-komoditas dengan kontribusi inflasi yang signifikan harus menjadi perhatian, untuk mencegah tekanan lebih lanjut terhadap perekonomian masyarakat. Sementara itu, keberlanjutan pengawasan dan intervensi kebijakan menjadi kunci dalam menghadapi dinamika inflasi di masa mendatang.