Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan pada hari Selasa, 22 April 2025, dengan catatan positif, tercatat menguat 9 poin atau 0,14 persen di level 6.455. Namun, meskipun pembukaan cenderung optimis, prediksi dari sejumlah analis menyebutkan bahwa IHSG berpotensi mengalami koreksi pada hari ini. Hal ini dipicu oleh seruan dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang terus mendesak Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga, sebuah langkah yang diyakini dapat mengganggu independensi kebijakan moneter bank sentral tersebut.
“IHSG hari ini tendensi koreksi mendekati support 6.400,” ujar Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas dalam riset hariannya. Menurutnya, tekanan yang ditimbulkan oleh permintaan Trump dapat memicu reaksi negatif di pasar saham global, termasuk di Indonesia.
Kondisi pasar saham Asia-Pasifik pada Senin kemarin mencerminkan pergerakan yang variatif. Di China, misalnya, indeks CSI 300 naik 0,33 persen dan Shanghai Composite menguat 0,45 persen setelah Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama. Sementara itu, di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 1,30 persen dan indeks Topix melemah 1,18 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen, sedangkan Indeks Kosdaq turun 0,32 persen. Bursa saham Australia dan Hong Kong tutup untuk merayakan Paskah, yang memengaruhi volume perdagangan.
Menurut analisis lebih lanjut, situasi IHSG dengan dukungan di level 6.300-6.400 dan resistance di rentang 6.480-6.520 memberikan gambaran bahwa indeks ini berada dalam fase konsolidasi, dengan kemungkinan fluktuasi yang signifikan akibat berita dari luar negeri. Kondisi ini perlu diwaspadai oleh para investor.
Dorongan Trump untuk memangkas suku bunga The Fed mengindikasikan kekhawatiran yang lebih luas terhadap kondisi ekonomi global. Keengganan pasar untuk menanggapi permintaan tersebut dapat menyebabkan gejolak yang lebih besar di bursa saham. Investors menilai bahwa penurunan suku bunga bisa mendatangkan keuntungan jangka pendek, namun pada saat yang sama bisa mengganggu stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.
Sementara itu, pasar Indonesia juga dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) dan berbagai kebijakan yang diumumkan terkait dengan perekonomian domestik. Kebijakan BI untuk menjaga suku bunga stabil dalam mendukung pertumbuhan ekonomi merupakan langkah yang diharapkan bisa memberikan arah positif bagi IHSG. Namun, keinginan Trump yang “ngotot” ini menonjolkan ketidakpastian yang bisa menjadi penghalang bagi optimisme pasar.
Dalam skala yang lebih luas, perhatian investor juga terfokus pada data inflasi yang akan dirilis serta dampaknya nanti terhadap kebijakan yang diambil oleh BI. Rilis laporan tersebut biasanya dapat menyebabkan pergerakan besar pada IHSG, terutama jika hasilnya lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan.
Seiring berlangsungnya perdagangan, sangat penting bagi para investor untuk mengevaluasi portofolio mereka dan bersiap akan potensi volatilitas. Dengan situasi yang terus berkembang, pemantauan yang cermat terhadap dinamika pasar global dan lokal akan menjadi kunci dalam pengambilan keputusan investasi yang bijak.
Di tengah ketidakpastian yang ada, pelaku pasar akan menantikan sinyal-sinyal yang lebih jelas terkait arah pasar saham, baik dari dalam negeri maupun dari berita internasional. IHSG, meski diwarnai dengan tekanan untuk mengalami koreksi, tetap menyimpan peluang bagi investor yang mampu mengidentifikasi saham-saham potensial di momen-momen ini.