
Seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun di Malaysia membuat geger masyarakat setelah dilaporkan menghamili kakak sepupunya yang berusia 15 tahun. Peristiwa tersebut terjadi di Kelantan dan baru-baru ini mendapat perhatian luas akibat implikasi moral dan sosialnya yang memprihatinkan.
Kepala Polisi Kelantan, Datuk Mohd Yusoff Mamat, mengungkapkan bahwa insiden ini terjadi pada minggu lalu. Menanggapi kejadian tersebut, polisi telah menahan bocah tersebut untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Di sisi lain, kakak sepupu yang kini tengah hamil diserahkan kepada Departemen Kesejahteraan Sosial (JKM) Kelantan untuk mendapatkan perlindungan serta bantuan yang diperlukan.
Dalam keterangannya, Mohd Yusoff menyatakan bahwa kasus ini sangat memprihatinkan karena perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka, bukan paksaan. Ia mengingatkan bahwa ini bukanlah kasus tunggal, melainkan bagian dari peningkatan tren inses yang terjadi di Kelantan. Tahun lalu, tercatat sebanyak 252 kasus inses dan pemerkosaan anak di bawah umur yang juga melibatkan hubungan suka sama suka. Ini menunjukkan lonjakan drastis dari 206 kasus yang dilaporkan pada tahun sebelumnya.
Dari Januari hingga Maret tahun ini, peningkatan kasus inses di Kelantan diketahui mencapai 15,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menariknya, Mohd Yusoff mencatat bahwa sekitar 98 persen kasus pemerkosaan di Kelantan berasal dari hubungan seks yang didasari kesepakatan. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama saat melibatkan korban yang masih di bawah umur.
Pihak kepolisian menemukan bahwa di antara penyebab tingginya kasus inses dan pemerkosaan ini adalah dinamika keluarga yang disfungsional, kurangnya pendidikan mengenai batasan seksual, serta pengaruh buruk dari paparan konten pornografi. Mohd Yusoff bahkan menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan terhadap telepon genggam kakak sepupu tersebut mengungkap adanya banyak video dan gambar pornografi, yang menunjukkan perilaku berisiko yang mengkhawatirkan.
Dalam konteks yang lebih luas, permasalahan ini menggambarkan tantangan sosial yang lebih besar di masyarakat Malaysia. Mohd Yusoff menekankan pentingnya peran orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk tidak menyembunyikan kasus-kasus seperti ini. Mereka diharapkan segera melaporkan ke polisi jika mengetahui adanya tindakan yang mencurigakan atau kekerasan seksual, terutama yang melibatkan anak-anak.
Sebagai upaya pencegahan, polisi menganjurkan pendidikan seksual yang komprehensif kepada anak-anak untuk memberikan pemahaman yang benar tentang seksualitas dan risiko yang ada. Sistem dukungan bagi keluarga, serta penegakan hukum yang tegas, menjadi langkah-langkah penting lainnya dalam mengatasi fenomena ini.
Kejadian ini adalah pengingat akan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial dan kesehatan mental yang dapat berakibat tragis. Berbagai faktor, termasuk konflik dalam keluarga, pengaruh narkoba, serta pola asuh yang baik, berkontribusi terhadap munculnya perilaku semacam ini. Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat berkolaborasi guna menghadapi isu yang semakin kompleks ini demi melindungi generasi muda dari bahaya yang mengancam.