Derita Pasien Long Covid: Saat Dokter Tak Anggap Penyakit Nyata

Pasien long Covid menghadapi kondisi yang sangat menyakitkan dan menantang, di mana mereka sering kali merasa diabaikan dan tidak dipercayai oleh tenaga medis. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang melibatkan wawancara mendalam dengan 14 individu yang mengalami long Covid. Penelitian ini menunjukkan bahwa para pasien berjuang untuk mendapatkan pengakuan yang layak atas kondisi kesehatan mereka.

“Para peserta hidup dalam ketidakpastian yang terus-menerus dan berjuang mencari pengobatan. Banyak yang merasa tidak didengarkan dan kehilangan kepercayaan pada dokter serta lingkungan sosial mereka,” ungkap Saara Petker, psikolog klinis yang terlibat dalam penelitian ini, seperti dilansir dari IFL Science. Penelitian ini dilaksanakan oleh Petker dan Profesor Jane Ogden dari University of Surrey di Inggris.

Dalam studi tersebut, para peserta yang diwawancarai tidak diwajibkan untuk memiliki diagnosis resmi long Covid dan diberikan kebebasan untuk melaporkan sendiri gejala-gejala yang mereka alami. Long Covid didefinisikan sebagai gejala yang bertahan lebih dari empat minggu pasca infeksi awal COVID-19. Gejala yang dihadapi penderita long Covid sangat bervariasi, mulai dari kelelahan ekstrem, kabut otak, sesak napas, hingga sakit kepala. Saat ini, lebih dari 200 kemungkinan gejala telah diidentifikasi terkait dengan long Covid, menunjukkan kompleksitas dan keberagaman masalah kesehatan yang dihadapi pasien.

Meskipun keberadaan long Covid kini diakui secara medis, banyak pasien masih merasa derita mereka tak mendapatkan perhatian yang cukup. Wawancara yang berlangsung dari April 2022 hingga Maret 2023 mengungkapkan tiga pola utama dalam pengalaman pasien. Pertama, ketidakpastian yang mereka alami sangat mendalam, di mana banyak dari mereka terus bertanya-tanya tentang keadaan kesehatan mereka tanpa mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Kedua, kurangnya kepercayaan terhadap dokter menjadi masalah yang signifikan. Banyak pasien melaporkan bahwa dokter tidak mempercayai keluhan mereka, yang semakin membuat mereka tertekan dan bingung. Dan ketiga, kebutuhan akan pengakuan medis menjadi penting bagi pasien. Sebagian besar berharap diagnosis yang jelas akan meningkatkan kepercayaan dari tenaga medis terhadap kondisi mereka.

Dalam beberapa kasus, pasien melaporkan bahwa dukungan spesialis long Covid belum memadai, dengan beberapa dari mereka merasa diabaikan oleh layanan tersebut. Banyak yang terpaksa mencari informasi dan solusi sendiri, meskipun usaha mereka sering kali dianggap remeh oleh tenaga medis. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana pasien merasa tidak dipercayai, sementara di sisi lain, tenaga medis juga kesulitan untuk memahami sepenuhnya pengalaman pasien.

Dari perspektif psikologis, banyak peserta enggan menerima terapi psikologis atau obat antidepresan. Mereka khawatir bahwa menerima perawatan tersebut akan memperkuat anggapan bahwa kondisi mereka bukan masalah fisik melainkan gangguan mental. Petker menekankan bahwa masalah terletak pada ketidakpercayaan yang mendalam, bukan pada penolakan bantuan dari pasien.

“Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengalaman pasien dalam menerima pengobatan, tenaga medis harus mulai mendengarkan keluhan mereka dengan lebih baik,” kata Ogden. Dalam pandangannya, dukungan psikologis harusnya menjadi pelengkap bagi perawatan medis, bukan alternatif atau pengganti.

Jessica, salah satu peserta yang diwawancarai, menyatakan bahwa perjuangan mereka tidak hanya mengenai gejala fisik, tetapi juga mengenai upaya untuk mendapatkan pengakuan. “Kami merasa terjebak dalam keadaan yang tidak dipahami oleh orang lain,” keluhnya. Dia dan banyak pasien lain berharap agar tenaga medis dapat lebih merespons rasa sakit dan ketidakpastian yang mereka alami.

Dengan meningkatnya kesadaran dan penelitian tentang long Covid, penting bagi tenaga medis untuk memperhatikan aspek psikologis pasien dan memberikan dukungan yang memadai. Pengakuan akan kondisi yang nyata dari pasien long Covid menjadi langkah awal yang krusial dalam proses penyembuhan mereka.

Berita Terkait

Back to top button