Aplikasi asisten AI buatan startup asal China, DeepSeek, baru-baru ini menarik perhatian di industri teknologi global dan diprediksi dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan AI di Indonesia. Dengan keberhasilannya yang memukau, DeepSeek berhasil menggeser ChatGPT dan meraih posisi sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas di App Store Apple di Amerika Serikat pada bulan Januari 2025.
Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, kehadiran DeepSeek dapat memperkuat posisi industri AI di Indonesia. “Dengan membawa model yang bisa dikembangkan dari Deepseek, saya rasa perkembangan AI dalam negeri bisa lebih baik,” kata Huda dalam wawancara. Dia juga menjelaskan bahwa keberadaan sistem DeepSeek yang bersifat open source membuat pengembang dan pengguna di Indonesia memiliki kesempatan untuk melihat, mengembangkan, dan memperbaiki model AI yang ada.
Dalam konteks ini, Huda mencatat bahwa industri AI dalam negeri masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Ia menggarisbawahi bahwa penggunaan AI tidak hanya terbatas pada kepentingan bisnis seperti manajemen perusahaan, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai sektor lainnya. “Modal kecil tidak jadi hambatan, dan ini menjadi contoh bagi industri teknologi dalam negeri,” ungkapnya.
Keberhasilan DeepSeek juga mencuri perhatian dunia karena model AI DeepSeek-V3 yang diluncurkan memiliki kemampuan bersaing yang signifikan. Model ini diklaim unggul di antara model sumber terbuka dan berkompetisi dengan teknologi AI tertinggi lainnya secara global. Data dari firma riset aplikasi Sensor Tower menunjukkan bahwa DeepSeek telah menarik perhatian besar di kalangan pengguna AS sejak peluncurannya pada 10 Januari 2025, menciptakan gelombang baru dalam penggunaan AI oleh masyarakat.
Namun, kesuksesan DeepSeek juga menantang dominasi Amerika Serikat dalam pengembangan teknologi AI. Pencapaian ini menunjukkan bahwa inovasi dan kompetisi dalam industri AI tidak lagi terpusat di negara tersebut. Hal ini memicu diskusi mengenai efektivitas kebijakan kontrol ekspor yang diberlakukan oleh pemerintah Presiden Joe Biden, yang bertujuan untuk membatasi pengembangan model AI kompetitif dari perusahaan China dengan pembatasan pada ekspor chip canggih.
Walaupun DeepSeek berasal dari China, kemungkinan dampaknya akan meluas hingga ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu keuntungan utama dari keberadaan DeepSeek adalah akses yang lebih terbuka bagi pengembang lokal untuk berinovasi. Dengan modal yang cukup rendah dan model yang dapat diakses, pengembang di Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan teknologi ini untuk menciptakan solusi AI yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Pentingnya pengembangan AI di Indonesia tidak hanya berkaitan dengan adopsi teknologi baru, tetapi juga dengan potensi peningkatan kapasitas dan keterampilan tenaga kerja lokal. Dengan adanya platform seperti DeepSeek, pelaku industri teknologi di Indonesia dapat lebih mudah mengadopsi teknologi ini dan menghasilkan aplikasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Program pengembangan AI, baik yang berbasis open source maupun closed source, diyakini akan semakin diminati oleh perusahaan-perusahaan di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga transportasi. Investasi dalam riset dan pengembangan serta kolaborasi antarlembaga akan menjadi kunci bagi negara ini untuk memaksimalkan potensi AI yang ada.
Dengan hadirnya DeepSeek sebagai salah satu pemain utama dalam teknologi AI, industri AI Indonesia diharapkan dapat melangkah maju, bukan hanya sebagai konsumen teknologi, tetapi juga sebagai pengembang yang kreatif dan inovatif. Keberhasilan ini memberikan harapan baru bagi masa depan industri teknologi di Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa peluang untuk berinovasi tidak terbatas oleh geografi atau ukuran modal.