Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mendapatkan berbagai ancaman yang menyasar keselamatannya, termasuk ancaman penculikan dan pembunuhan. Meskipun ancaman tersebut terdengar serius, Dedi Mulyadi menanggapi situasi ini dengan tenang dan menganggapnya sebagai bagian dari risiko yang harus dihadapi seorang pemimpin. Dalam penuturan yang disampaikan melalui akun YouTube-nya, Dedi Mulyadi menyebutkan, “Iya kalau saya sih sudah sejak jadi Bupati sudah terbiasa diancam dibunuh, diancam diculik, diancam apapun.”
Pemimpin yang dikenal dengan sapaan Kang Dedi ini meyakini bahwa ancaman-ancaman yang muncul tidak akan mempengaruhi kinerjanya. “Saya itu nggak akan terpengaruh oleh ancaman-ancaman siapapun, saya akan terus tegak lurus bekerja,” tegasnya. Menurutnya, ancaman itu datang seiring dengan berbagai langkah kebijakan yang diambil di dalam pemerintahannya, yang dianggap merugikan sejumlah pihak. “Kalau pemimpinnya banyak melakukan langkah-langkah yang dianggap merugikan beberapa pihak, ya pasti ada orang yang tidak suka,” ujarnya.
Dedi Mulyadi kemudian menjelaskan kriteria orang yang tidak suka padanya. Dia menegaskan bahwa terdapat dua tipe, yaitu pertama, mereka yang memberikan ancaman serius, dan kedua, mereka yang sekadar iseng. Dalam konteks ini, Dedi mengatakan, “Orang tidak suka itu bisa jadi ada 2, 1 serius yang 1 iseng.”
Belakangan ini, ancaman yang paling mencolok muncul seusai pelaksanaan siaran langsung melalui akun YouTube-nya, di mana seorang warganet dengan username ‘Wowo dan Dedi Mulyadi orang sesat’ melontarkan ancaman tegas melalui komentar. Akun tersebut tidak hanya sekadar berbicara, tetapi juga menyebutkan niatnya untuk melukai Dedi dan anaknya, serta melakukan aksi pengeboman. “Tunggu saja nanti dua bulan lagi saya bener-bener gak main-main,” tulis akun tersebut.
Pasca ancaman tersebut, Dedi Mulyadi mengaku bahwa dia belum melaporkannya kepada pihak berwajib. Meskipun demikian, Dedi tetap mempercayakan keselamatannya kepada tim pengamanan dan aparat kepolisian setempat. Dia mengatakan, “Saya mempercayakan diri juga ajudan, atau tim pengamanan dari Polda Jabar yang selama ini nempel di saya sudah relatif cukup.”
Dari pihak kepolisian, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Hendra Rohmawan, mengonfirmasi bahwa hingga saat ini belum ada laporan resmi terkait ancaman tersebut. “Belum ada laporan resmi, demikian juga dari khusus beliau,” ungkapnya dalam pesan singkat. Meskipun demikian, Polda Jabar melakukan monitoring terhadap ancaman yang diduga ditujukan kepada Dedi Mulyadi melalui unit Direktorat Cyber.
Sebagai seorang pemimpin, Dedi Mulyadi mengambil ancaman tersebut dengan bijak. Dia menegaskan bahwa setiap risiko dan dinamika menjadi bagian dari perjalanan pemerintahan yang harus dihadapi. “Saya percaya diri bahwa warga Jawa Barat pasti akan membantu melindungi saya,” serunya, menunjukkan keyakinannya akan dukungan masyarakat.
Dengan sikap optimisnya, Dedi Mulyadi tetap melanjutkan kegiatannya, turun ke lapangan untuk memantau situasi dan berinteraksi dengan masyarakat meski dalam keadaan terancam. Menurutnya, ancaman semacam itu tidak akan menghentikannya untuk menjalankan tugas sebagai pemimpin, apalagi dalam upaya menanggulangi premanisme di Jawa Barat. “Saya akan terus berperang melawan tindakan premanisme,” tutupnya, menandakan keteguhannya dalam kebijakan yang telah dicanangkan.
Dengan segala ancaman yang dihadapi, Dedi Mulyadi menjadi contoh bagi banyak pemimpin lainnya dalam hal ketahanan dan keberanian. Dalam era di mana ancaman terhadap publik figur semakin nyata, sikapnya memberikan pesan bahwa keberanian dan komitmen terhadap rakyat harus tetap diutamakan meskipun dalam menghadapi berbagai tantangan.