
Dalam menghadapi ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang terus meningkat, Tasya Kamila membangkitkan kesadaran orang tua melalui acara media briefing bertajuk “Waspada DBD: Lindungi Keluarga, Selamatkan Masa Depan.” Acara ini diselenggarakan oleh PT Takeda Innovative Medicines dan Kementerian Kesehatan RI. Tasya, yang kini menjadi ibu dari dua anak, berbicara langsung tentang kekhawatirannya terhadap kesehatan anak-anak dan pentingnya perlindungan dari DBD.
Kekhawatiran Tasya bukan tanpa alasan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada pertengahan April 2025, terdapat lebih dari 38 ribu kasus DBD dan 182 kematian yang terkonfirmasi di seluruh Indonesia. Meski angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, pemerintah tetap mengeluarkan Surat Edaran kewaspadaan dini karena Indonesia merupakan negara hiper-endemik yang selalu terancam penularan dengue.
“Sebagai seorang ibu, saya tentu merasa khawatir,” ujar Tasya. “Tubuh anak-anak belum sekuat orang dewasa. Mereka sangat bergantung pada kita—orang tuanya—untuk memberikan perlindungan terbaik.” Pernyataan ini mencerminkan realitas yang dirasakan banyak orang tua di Tanah Air.
Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Dante Saksono Harbuwono, dalam acara tersebut menekankan bahwa DBD bukanlah masalah baru. Ia mengingatkan, “Data tahun 2024 menunjukkan jumlah kasus dan kematian hampir dua kali lipat dibanding tahun 2023.” Beliau menyoroti faktor-faktor perubahaan iklim, kepadatan penduduk, dan mobilitas masyarakat yang berkontribusi terhadap penyebaran dengue.
Tasya juga menyerukan kepada orang tua untuk mengambil tindakan nyata dalam melindungi anak-anak mereka. “Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat penampungan air,” ujarnya. Ia menambahkan, kini tersedia juga pencegahan inovatif yang dapat memberikan perlindungan tambahan dari dalam diri kita.
Dr. Dirga Sakti Rambe, Spesialis Penyakit Dalam, mendukung pendapat tersebut dengan menjelaskan betapa seriusnya infeksi dengue. “Dengue bisa berkembang cepat dan menyebabkan komplikasi berat seperti syok dengue (DSS) dan perdarahan hebat.” Dr. Dirga juga menekankan bahwa infeksi dengue dapat terjadi lebih dari sekali, dan infeksi kedua seringkali lebih parah.
Kampanye CegahDBD yang diluncurkan sejak tahun lalu kini diperkuat dengan berbagai kanal edukasi digital, termasuk video, situs web interaktif, dan WhatsApp resmi. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menambahkan bahwa edukasi publik memegang peran kunci dalam memahami dan menghadapi dengue. “Kami berharap, melalui kampanye ini, para orang tua akan lebih sadar dan sigap dalam melindungi anak-anak mereka,” katanya.
Pencegahan menjadi kata kunci yang ditekankan oleh semua narasumber dalam acara tersebut. Tasya berharap agar semua orang tua di Indonesia tidak hanya berpikir tentang kekhawatiran, tetapi juga mengambil tanggung jawab untuk menjaga kesehatan keluarga mereka. “Kalau kita bisa cegah, kenapa harus menunggu sampai ada yang sakit dulu?” tanyanya retoris.
Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya DBD, Tasya Kamila mengajak orang tua untuk melakukan yang terbaik dalam melindungi keluarga mereka. Ini bukan sekadar tentang ketakutan, tetapi lebih kepada tanggung jawab dan tindakan nyata dalam menjaga kesehatan anak-anak. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan jumlah kasus DBD dapat ditekan, dan masa depan generasi mendatang dapat dilindungi dari ancaman penyakit ini.