
Aplikasi DBC atau Dream Book City sedang menggelar acara bagi-bagi hadiah spesial dalam rangka perayaan ulang tahun ke-4 mereka. Namun, banyak kalangan yang mempertanyakan keabsahan klaim tersebut, mengingat aplikasi ini baru beroperasi di Indonesia kurang dari satu tahun. Kejanggalan ini memicu dugaan bahwa acara ini mungkin hanya merupakan pelindung dari skema ponzi, yang sudah lama menjadi perhatian publik.
Masyarakat berhak curiga ketika sebuah aplikasi melakukan acara bagi-bagi hadiah dengan cara yang terkesan mendesak. DBC memberikan batas waktu bagi anggotanya untuk berpartisipasi dalam acara ini, yaitu dari tanggal 15 hingga 17 Februari 2025. Taktik ini diduga merupakan cara untuk memaksa anggota cepat-cepat melakukan deposit. Mereka yang tergoda untuk cepat naik level keanggotaan diharapkan segera menyetorkan uang, dengan janji hadiah cashback yang menggiurkan.
Hadiah yang ditawarkan dalam acara ini terdiri dari cashback untuk anggota baru yang melakukan deposit. Berikut adalah rincian cashback yang akan mereka terima sesuai dengan level keanggotaan:
– Deposit untuk Magang D1: Rp315.000
– Deposit untuk Magang D2: Rp938.000
– Deposit untuk Magang D3: Rp3.500.000
– Deposit untuk Magang D4: Rp12.250.000
– Deposit untuk Magang D5: Rp36.900.000
Pembayaran cashback ini diklaim akan segera dikembalikan ke dompet digital anggota setelah melakukan aktivasi. Dalam pengumuman resmi aplikasi DBC, dinyatakan bahwa acara ini hanya dilakukan setahun sekali dan tidak ada biaya pendaftaran. Namun, hal ini tidak cukup untuk menutupi kekhawatiran banyak orang tentang keberlanjutan aplikasi ini.
Dalam banyak kasus, aplikasi dengan model bisnis yang mirip sering kali berada di ujung keruntuhan keuangan, di mana mereka menggelar acara semacam ini untuk merekrut lebih banyak anggota dengan harapan memperbaiki arus kas yang menurun. Penipuan skema ponzi sering kali melakukan hal serupa sebelum akhirnya tersungkur, membiarkan para anggotanya mengalami kerugian besar.
Kewaspadaan terhadap aplikasi DBC semakin meningkat, apalagi jika kinerja keuangan aplikasi ini tidak sesuai harapan dan gagal menarik pendapatan baru dari anggotanya. Jika situasi ini dibiarkan terus berlanjut, risiko kebangkrutan atau bahkan penipuan bisa segera menghampiri para anggotanya. Sejarah menunjukkan bahwa banyak aplikasi serupa yang beroperasi dengan model yang sama berakhir dengan kaburnya pemilik aplikasi, meninggalkan anggotanya tanpa uang.
Aplikasi DBC diduga memiliki ciri-ciri khas aplikasi investasi bodong yang bisa merugikan masyarakat. Pihak berwenang perlu segera mengambil tindakan terkait fenomena ini, agar masyarakat tidak menjadi korban. Mengingat adanya banyak iming-iming keuntungan yang besar dalam waktu singkat, lebih bijaksana untuk waspada.
Penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda-tanda bahaya dari aplikasi investasi yang menjanjikan hasil menggiurkan tanpa dasar yang jelas. Jika menemukan aplikasi semacam itu, konsumen harus segera mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan, jika mungkin, menarik semua aset yang masih ada di dalamnya.
Keberadaan aplikasi dengan skema ponzi ini seharusnya menjadi bahan pelajaran bagi semua orang. Masyarakat perlu lebih berhati-hati dan tidak terjebak pada rayuan keuntungan dalam waktu yang cepat tetapi tidak realistis. Direkomendasikan untuk menempuh cara investasi yang lebih aman dan terjangkau, serta selalu memastikan legalitas dan reputasi dari aplikasi sebelum mengambil keputusan finansial.