
Perang dagang yang dimulai oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berdampak pada berbagai sektor ekonomi, terutama dalam hal harga barang. Masyarakat AS kini harus bersiap menghadapi lonjakan harga yang signifikan pada beberapa komoditas, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Menurut sejumlah analisis, tarif yang dikenakan oleh pemerintah pun berpotensi memperberat beban biaya hidup masyarakat.
Salah satu sektor yang paling terdampak adalah kopi. Hampir seluruh kopi yang dikonsumsi di AS diimpor dari negara lain, dengan Brasil dan Kolombia sebagai penyumbang utama. Kenaikan tarif dasar sebesar 10% akan membuat harga secangkir kopi menjadi lebih mahal, baik yang diseduh di rumah maupun di kafe. Walter Haas, pemilik pemanggang kopi Graffeo, menyatakan bahwa bila tarif tetap diberlakukan, kenaikan biaya ini akan secara permanen dimasukkan ke dalam harga yang dibayarkan oleh konsumen.
Harga bahan makanan impor juga tidak kalah mengkhawatirkan. Misalnya, minyak zaitun yang diimpor dari Italia, Spanyol, dan Yunani akan menghadapi kenaikan tarif sebesar 20%. Peningkatan ini diprediksi akan berdampak langsung pada meja makan masyarakat, terutama dari negara-negara Uni Eropa yang selama ini menjadi penghasil utama. Selain itu, Departemen Pertanian AS (USDA) melaporkan bahwa buah-buahan segar, yang sebagian besar diimpor dari Kanada dan Meksiko, juga akan merasakan efek tarif baru yang mulai berlaku.
Berikut adalah barang-barang yang mengalami kenaikan harga akibat perang dagang tersebut:
- Kopi: Tarif 10% pada impor kopi dari Brasil dan Kolombia.
- Minyak Zaitun: Tarif 20% pada produk dari Uni Eropa.
- Buah dan Sayuran: Terutama dari Amerika Latin, dengan kenaikan untuk pisang dari Guatemala, Ekuador, dan Kosta Rika.
- Beras: Kenaikan tarif sebesar 36% untuk beras melati Thailand dan 26% untuk beras basmati India.
- Udang: Tarif 26% pada udang dari India.
- Barang Elektronik: Tarif 54% pada sebagian besar produk elektronik yang dirakit di China.
- Kendaraan: Kenaikan tarif 25% pada kendaraan yang diimpor dari luar negeri.
Kenaikan harga barang elektronik juga menjadi perhatian, terutama bagi pengguna iPhone, yang sebagian besar masih diproduksi di China. Analis memperkirakan pembeli kelas atas akan cukup "memahami" kenaikan harga tersebut, meskipun kenyataannya, banyak dari mereka yang harus merogoh kocek lebih dalam. Hal ini menjadi lebih rumit mengingat tarif tinggi yang dikenakan pada produk-produk dari India dan China.
Saham perusahaan yang bergerak di sektor tekstil dan apparel mengalami penurunan tajam setelah pengumuman tarif baru. Nike, misalnya, jatuh lebih dari 13% dalam nilai sahamnya, sementara Gap merosot lebih dari 20%. Dampak dari tarif yang diberlakukan tersebut telah diperndah dengan estimasi bahwa konsumen rata-rata akan menanggung kerugian hingga $3.800 per tahun.
Perang dagang ini menunjukkan bahwa keputusan ekonomi yang diambil di tingkat pemerintahan akan memiliki efek domino yang berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat. Dari kopi yang dibeli pagi hari hingga kendaraan yang diparkir di garasi, hampir semua lapisan kehidupan akan terdampak. Dengan dinamika ekonomi yang terus berubah, masyarakat AS perlu mempersiapkan diri menghadapi kenyataan baru berupa biaya yang meningkat dari berbagai kebutuhan sehari-hari.