CyberArk: Kunci Keamanan Identitas dalam Transformasi Digital

Perkembangan transformasi digital di Indonesia yang semakin pesat menyebabkan keamanan identitas menjadi isu krusial bagi banyak organisasi. CyberArk, sebagai penyedia solusi keamanan, menekankan bahwa dalam era digital ini, perlindungan data sensitif tidak bisa dianggap remeh. Koh Ssu Han, Solutions Engineering Director Asean CyberArk, menyatakan bahwa penggunaan teknologi cloud dan layanan digital yang kian meluas berpotensi meningkatkan risiko serangan siber, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih tangguh dalam keamanan identitas.

Menurut Ssu Han, banyak organisasi saat ini tengah beralih dari aplikasi lama ke platform digital modern. Proses ini, meskipun membawa kemudahan dan efisiensi, juga mengharuskan perusahaan untuk lebih memperhatikan aspek keamanan identitas. Tanpa sistem keamanan yang kuat, risiko serangan siber akan semakin meningkat. “Ancaman terhadap identitas digital tidak hanya menyasar pengguna manusia tetapi juga identitas mesin,” ujarnya.

Identitas mesin, seperti kunci API dan sertifikat digital, menjadi target empuk bagi para peretas. Berbeda dari identitas manusia yang bisa dilindungi dengan metode autentikasi tradisional seperti kata sandi atau biometrik, identitas mesin lebih rentan, yang membuatnya kerap dieksploitasi untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem yang kritis. Dalam konteks ini, CyberArk menerapkan prinsip Zero Trust, yang tidak memberikan asumsi kepercayaan, tetapi menekankan autentikasi yang berkelanjutan.

Pendekatan Zero Trust yang diterapkan oleh CyberArk melibatkan beberapa elemen penting. Pertama, penerapan Multi-Factor Authentication (MFA) berbasis risiko. Kedua, akses minimal dengan kontrol Just-In-Time (JIT) yang hanya memberikan akses saat diperlukan dan selama waktu yang sangat terbatas. Ketiga, pemantauan anomali secara real-time yang memungkinkan deteksi penyusupan yang tidak sah dengan cepat. Ssu Han menjelaskan, “Zero Trust memastikan bahwa akses hanya diberikan kepada entitas yang benar-benar berhak, sehingga dapat mengurangi risiko eksploitasi identitas.”

Dalam upaya untuk memperkuat sistem keamanan identitas, CyberArk juga memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI). AI berperan penting dalam mendeteksi ancaman secara proaktif dan menilai risiko sambil mengotomatisasi respons terhadap serangan siber. Dengan penerapan teknologi canggih ini, perusahaan dapat beradaptasi dengan lebih baik dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang.

Tidak hanya aspek teknis yang menjadi perhatian CyberArk. Ssu Han juga menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, seperti Peraturan Pemerintah No. 71/2019, yang mengatur pemrosesan dan penyimpanan data di Indonesia. Untuk membantu perusahaan memenuhi ketentuan tersebut, CyberArk menawarkan solusi berbasis cloud-native yang dirancang untuk menjaga keamanan identitas baik untuk manusia maupun mesin.

Dengan latar belakang tersebut, semakin jelas bahwa keamanan identitas bukan sekadar tanggung jawab satu departemen atau pihak saja, tetapi merupakan perhatian lintas sektor dalam suatu organisasi. Ketika banyak perusahaan melakukan transformasi digital, strategi keamanan yang menyeluruh dan adaptif akan menjadi kunci untuk menjaga integritas dan kepercayaan pelanggan.

Transformasi digital membuka banyak peluang, tetapi juga menuntut perhatian lebih dalam hal keamanan. CyberArk menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, ancaman terhadap keamanan identitas dapat dikelola dengan efektif, dan perusahaan dapat terus berinovasi dalam dunia digital yang semakin kompleks. Ke depan, kolaborasi antara teknologi dan kebijakan keamanan akan menjadi bagian penting dari keberhasilan suatu organisasi dalam menghadapi tantangan di era digital.

Berita Terkait

Back to top button