Citigroup Hampir Salah Transfer Rp97,4 Triliun Karena Copy-Paste!

Citigroup, salah satu lembaga keuangan terbesar di dunia, baru-baru ini mengalami sebuah insiden serius terkait dengan transaksi keuangan mereka. Bank yang berbasis di New York ini hampir melakukan kesalahan transfer sebesar sekitar US$6 miliar atau setara dengan Rp97,4 triliun. Kesalahan ini terjadi akibat tindakan seorang staf yang salah dalam melakukan copy-paste nomor rekening nasabah ke kolom jumlah transfer.

Kejadian ini dilaporkan oleh Bloomberg pada Selasa, 4 Maret 2025, dan disebutkan bahwa kesalahan itu terjadi pada bulan April 2024. Ini bukan pertama kalinya Citigroup terlibat dalam kesalahan transfer yang signifikan. Sebelumnya, pada bulan yang sama, bank ini juga secara tidak sengaja mengkreditkan jumlah yang mencengangkan sebesar US$81 triliun kepada nasabah yang tidak berhak menerimanya. Insiden tersebut menunjukkan adanya masalah yang lebih besar dalam prosedur dan kontrol internal di Citigroup.

Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, kesalahan transfer senilai US$6 miliar tersebut diketahui sehari setelah insiden terjadi, ketika petinggi perusahaan langsung membahas langkah-langkah dengan regulator. Menanggapi kondisi ini, Citigroup tidak tinggal diam. Mereka segera melakukan tindakan untuk mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan yang terjadi. Dalam pernyataannya, Citigroup menyatakan bahwa kesalahan ini tidak berdampak pada perusahaan maupun nasabahnya.

Sebagai langkah pencegahan, Citigroup mengungkapkan bahwa mereka telah menyiapkan alat khusus di setiap kantor untuk membantu dalam memeriksa pembayaran dan transfer dengan jumlah besar. Langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan Citi untuk menghilangkan proses manual dan mengotomatiskan kontrol guna mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.

Kejadian ini bukan satu-satunya yang terjadi di Citigroup. Pada tahun 2020, bank ini juga pernah secara tidak sengaja mentransfer lebih dari US$900 juta kepada kreditor perusahaan kosmetik Revlon Inc. Uang tersebut baru berhasil dikembalikan setelah melalui proses hukum yang panjang selama lebih dari dua tahun. Kasus ini menyoroti tantangan yang dihadapi Citigroup dalam menjaga akurasi dan keandalan dalam transaksi keuangannya.

Dengan insiden terbaru ini, Citigroup mungkin perlu lebih fokus pada peningkatan sistem dan proses internalnya. Pengalaman buruk yang berulang dapat merusak reputasi perusahaan dan mempengaruhi kepercayaan nasabah. Selain itu, kepala eksekutif Citi, Jane Fraser, baru-baru ini menurunkan target keuntungan dalam upaya untuk mentransformasi perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran di pihak manajemen tentang pentingnya mengatasi masalah yang ada agar dapat kembali memenangkan kepercayaan publik.

Perusahaan-perusahaan keuangan besar seperti Citigroup beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompleks dan diawasi ketat oleh regulator. Kesalahan transaksi besar dapat memicu dampak signifikan, tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri tetapi juga bagi ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, meminimalisasi risiko dengan prosedur yang ketat dan sistem yang efisien sangatlah penting.

Laporan-laporan sebelumnya menunjukkan bahwa Citigroup telah berkomitmen untuk meningkatkan kontrol dalam proses transaksi mereka. Dengan langkah-langkah yang telah diambil pasca insiden ini, diharapkan perusahaan akan mampu memperbaiki mekanisme pengawasan dan menghindari kesalahan di masa depan. Masyarakat, nasabah, dan investor tentunya berharap agar Citigroup dapat belajar dari pengalaman ini dan melanjutkan operasionalnya dengan lebih hati-hati dan bertanggung jawab.

Berita Terkait

Back to top button