
Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,6 triliun pada tahun 2024, sebuah pencapaian yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam kinerja keuangan perusahaan. Laporan ini diungkapkan sebelum paparan resmi kinerja keuangan yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis (24/4/2025).
Dalam undangan yang diterima oleh Octopus, Puni A. Anjungsari, Director & Country Head Public Affairs Citi Indonesia, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tercatat stabil dengan angka 5,03%. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 5,05%. Meskipun pertumbuhan ini berada di bawah target pemerintah, Citi Indonesia menggarisbawahi bahwa konsumsi domestik menunjukkan tren positif, mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.
“Perekonomian yang stabil ini didukung oleh inflasi yang terkendali di kisaran 2,8%, yang menciptakan iklim ekonomi yang relatif stabil,” jelas Anjungsari. Pencapaian laba bersih Rp2,6 triliun tersebut terlihat sebagai respons positif terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik dan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya operasional dengan lebih efisien.
Sebelumnya, Citibank Indonesia juga telah membukukan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun per kuartal III/2024, yang menunjukkan peningkatan sebesar 32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year). Menurut CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, efisiensi dalam biaya operasional merupakan kunci utama dalam peningkatan laba bersih ini.
“Biaya operasional yang lebih efisien telah memperbaiki Cost to Income Ratio (CIR) kami menjadi 41,9%, menurun dari 59,8% di tahun sebelumnya,” kata Sianturi. Peningkatan ini juga tercermin dalam rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). ROA Citi Indonesia meningkat menjadi 4,1% dari sebelumnya 2,8%, sementara ROE naik dari 12,7% menjadi 15,4%.
Dalam laporan tersebut, Citi Indonesia menunjukkan bahwa rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) tetap kuat, masing-masing berada di angka 291% dan 124%, jauh di atas ketentuan minimum yang ditetapkan. Anjungsari menegaskan, “Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 33,1%, meningkat dari 30,5% di tahun sebelumnya.”
Pencapaian ini menggambarkan ketahanan Citi Indonesia di tengah dinamika dan tantangan ekonomi yang ada. Meski terdapat penurunan kecil dalam laju pertumbuhan ekonomi, Citibank menunjukkan bahwa mereka mampu beradaptasi dan menemukan peluang dalam situasi yang ada.
Peniadaan risiko dan pengelolaan biaya yang lebih baik menjadi aspek penting dalam strategi Citi Indonesia, yang berfokus pada keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang. Dalam menghadapi tahun-tahun mendatang, Citi Indonesia berkomitmen untuk terus melanjutkan inovasi dan meningkatkan layanan kepada nasabah untuk mempertahankan posisi kompetitif di pasar perbankan Indonesia.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa Citibank memiliki landasan yang kuat untuk terus berkembang dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Dalam persaingan yang kian ketat, adaptasi terhadap berbagai tantangan ekonomi dan pengelolaan risiko yang baik akan menjadi kunci bagi keberhasilan mereka ke depannya. Sebagai salah satu institusi keuangan terkemuka, langkah-langkah proaktif yang diambil Citi Indonesia ini tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.