China Pukul Balik Trump dengan ‘Senjata Rahasia’, AS Terdesak!

Beijing, Octopus – Dalam ketegangan yang semakin meningkat antara China dan Amerika Serikat (AS), Beijing kini menunjukkan kekuatan tersembunyi yang dapat mengubah permainan dalam perang dagang yang berlangsung. China mengandalkan dominasi atas logam tanah jarang, dilihat sebagai ‘senjata rahasia’ untuk merespons tekanan ekonomi yang diberikan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Langkah ini berpotensi membuat AS kelimpungan jika tidak segera diatasi.

Logam tanah jarang, yang terdiri dari 17 elemen mineral penting, merupakan tulang punggung teknologi modern. Dari smartphone hingga kendaraan listrik serta sistem pertahanan militer, kehadiran logam ini sangat krusial. Menariknya, nilai ekonomi dari logam tanah jarang bahkan lebih tinggi dibandingkan emas, meskipun proses ekstraksinya rumit dan memiliki dampak lingkungan yang besar.

Presiden China, Xi Jinping, telah lama menyadari pentingnya sumber daya strategis ini. Kunjungan simbolis Xi ke pabrik logam tanah jarang di Ganzhou pada tahun 2019 menjadi sinyal kuat bahwa China siap memainkan perannya dalam mengamankan pasokan logam ini. “Rare earths adalah sumber daya strategis yang vital,” ungkap Xi dalam pernyataannya yang dikutip oleh CNN Internasional.

Pada 4 April 2025, China mengambil langkah tegas dengan memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tujuh jenis logam tanah jarang. Langkah itu ditujukan sebagai balasan terhadap tarif impor 34% yang dikenakan pemerintah AS pada produk-produk China. Dengan kebijakan ini, perusahaan-perusahaan di China diharuskan mengajukan izin khusus untuk mengekspor logam tanah jarang dan produknya, seperti magnet. Analisis menunjukkan bahwa kebijakan ini menargetkan titik lemah dalam industri teknologi dan pertahanan AS.

Profesor ekonomi dan kebijakan publik di Universitas Michigan, Justin Wolfers, menjelaskan, “China menunjukkan bahwa mereka dapat mengerahkan kekuatan ekonomi yang luar biasa dengan strategi yang tepat. Mereka menargetkan industri AS di titik paling menyakitkan.”

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, China menguasai 61% produksi global logam tanah jarang dan memiliki 92% pangsa pasar untuk proses pemurnian. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat bahwa meskipun AS berupaya mengurangi ketergantungan, antara tahun 2020 dan 2023, sekitar 70% logam tanah jarang yang diimpor oleh AS masih berasal dari China. Ketergantungan ini membuat pasar AS sangat rentan.

Dalam skala industri, magnet dari logam tanah jarang memiliki peran penting dalam pembuatan motor dan generator efisien yang digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari smartphone hingga jet tempur F-35. Ancaman terhadap pasokan logam ini dapat mengguncang industri strategis AS dan memicu masalah yang lebih besar di pasar.

Meski demikian, AS tidak merespons dengan diam. Tiga perusahaan industri dalam negeri telah berusaha untuk memperluas kapasitas produksi logam tanah jarang dengan menggandeng mitra dan sekutu untuk membangun rantai pasokan alternatif. Pengembangan ini memang diperlukan, tetapi membangun rantai pasokan baru dapat memakan waktu bertahun-tahun, sementara permintaan terus meningkat.

Sementara itu, China kembali menunjukkan bahwa di balik logam-logam yang terlihat biasa ini terdapat kekuatan geopolitik yang dapat mengguncang tatanan ekonomi global. Situasi ini menuntut kejelian dan strategi dari pemerintah AS untuk menghadapi tantangan yang datang dari negeri Tirai Bambu, dan menentukan langkah yang tepat untuk menjaga ketahanan industri dalam negeri menghadapi risiko yang semakin kompleks ini.

Berita Terkait

Back to top button