CEO X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Linda Yaccarino, bersama dengan CFO Mahmoud Reza Banki, baru-baru ini mengadakan pertemuan penting dengan perusahaan-perusahaan investasi di kantor Morgan Stanley. Pertemuan tersebut diadakan pada hari Jumat, 31 Januari 2025, sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjual utang senilai US$3 miliar. Langkah ini menunjukkan ketekunan eksekutif X dalam memperbaiki situasi keuangan perusahaan yang cukup menantang pasca akuisisi oleh Elon Musk pada tahun 2022.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar satu jam tersebut, para eksekutif X menyampaikan presentasi singkat mengenai kondisi perusahaan. Namun, mereka tidak memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan, sehingga informasi yang dibagikan terbatas. Menurut laporan dari Bloomberg, para investor yang hadir di acara itu tidak diberikan data mendetail tentang keadaan finansial X, menciptakan ketidakpastian di kalangan calon investor.
Langkah untuk menjual utang ini muncul setelah Morgan Stanley meluncurkan proses penjualan utang X yang selama ini menyangkut di neraca bank-bank Wall Street. Sejak akuisisi Twitter oleh Elon Musk, terdapat kekhawatiran mengenai kesehatan finansial perusahaan yang memengaruhi penjualan utang senilai miliaran dolar tersebut. Morgan Stanley, yang berperan sebagai penasihat dalam akuisisi itu, kini juga mengatur pengurangan eksposur bank-bank terhadap X dengan memfasilitasi penjualan utang.
Baru-baru ini, sekitar US$1 miliar dari utang tersebut telah berhasil dijual kepada perusahaan investasi seperti Diameter Capital Partners dan Darsana Capital Partners. Namun, dengan jumlah utang yang masih tersisa, Morgan Stanley berusaha untuk menawarkan utang sebanyak US$3 miliar yang baru ke investor potensial dalam kesempatan ini.
Sumber-sumber yang mengamati jalannya pertemuan melaporkan bahwa peserta tidak diperbolehkan membawa ponsel ke dalam ruangan, menandakan betapa seriusnya pengelolaan informasi dalam pertemuan tersebut. Hal ini menunjukkan upaya keras X untuk menjaga kerahasiaan dan integritas informasi yang dibagikan, serta mengurangi kemungkinan bocornya data kepada publik sebelum langkah-langkah formal diambil.
Dalam presentasinya, Morgan Stanley juga menyampaikan proyeksi keuangan X untuk tahun 2024, yang memperkirakan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sekitar US$1,2 miliar. Proyeksi ini memberikan sedikit harapan bagi calon investor mengenai potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi di X. Selain itu, mereka juga menyoroti potensi pertumbuhan saham X yang didorong oleh proyek kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, yang dipromosikan sebagai nilai tambah bagi perusahaan serta sahamnya.
Walaupun pertemuan tersebut menyiratkan adanya niatan serius dari X untuk menarik investasi baru, masih banyak hal yang harus diperhatikan oleh calon investor sebelum mengambil keputusan. Terlebih lagi, keadaan kesehatan finansial X, yang sebelumnya menjadi alasan mengapa utang tidak dapat dijual, tetap membutuhkan transparansi lebih lanjut. Tidak adanya komentar dari perwakilan Morgan Stanley maupun X terkait hasil yang diperoleh setelah pertemuan tersebut semakin menambah ketidakpastian ini.
Dalam konteks yang lebih luas, strategi penjualan utang ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh X dalam mengelola keuangan pasca akuisisi. Keberhasilan atau kegagalan dari langkah ini tidak hanya akan berdampak pada X, tetapi juga pada kelangsungan bisnis media sosial di masa depan. Mengingat perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar yang terus berubah, bagaimana X mengatasi situasi ini akan menjadi perhatian banyak pihak, baik investor maupun pengguna platform.