Di tengah dominasi teknologi digital, penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone, laptop, dan tablet semakin tidak terhindarkan. Namun, perhatian terhadap efek negatif dari cahaya biru yang dihasilkan perangkat ini mulai meningkat di kalangan masyarakat. Cahaya biru dianggap berkontribusi terhadap berbagai masalah kesehatan, terutama bagi mata dan pola tidur.
Cahaya biru adalah bagian dari spektrum cahaya tampak dengan panjang gelombang antara 380 hingga 500 nanometer. Menurut sumber dari health.ucdavis.edu, sekitar sepertiga dari semua cahaya tampak terdiri dari cahaya biru. Sumber alami terbesar cahaya biru adalah sinar matahari, sedangkan sumber buatan meliputi berbagai perangkat elektronik. Meskipun cahaya biru juga memiliki beberapa manfaat, paparan berlebihan dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan.
Risiko yang paling sering dikaitkan dengan cahaya biru adalah ketegangan mata digital dan kemungkinan kerusakan pada retina, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko degenerasi makula. Sebuah laporan dari webmd.com menekankan bahwa paparan cahaya biru yang berlebihan juga bisa mengganggu ritme sirkadian, sehingga menyebabkan gangguan tidur dengan memperlambat pelepasan hormon melatonin. Hal ini menjadi perhatian khusus, terutama bagi mereka yang menggunakan perangkat digital sebelum tidur.
Studi menunjukkan bahwa mematikan perangkat elektronik setidaknya tiga jam sebelum tidur dapat membantu memperbaiki kualitas tidur. Lebih jauh, cahaya biru juga berkontribusi pada peningkatan risiko beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, prostat, dan kolorektal, terutama di antara pekerja shift malam. Bagi anak-anak, yang mata mereka tidak mampu menyaring cahaya biru dengan baik, paparan berlebihan bisa berdampak serius pada perkembangan penglihatan dan fokus. Oleh karena itu, ada rekomendasi untuk membatasi waktu mereka di depan layar dan menutup perangkat 30 menit sebelum tidur.
Meskipun ada banyak risiko, pada saat yang sama, cahaya biru juga memiliki manfaat. Misalnya, cahaya biru diketahui dapat meningkatkan kewaspadaan, fungsi kognitif, dan membantu mengatasi kondisi depresif musiman. Keterpaparan cahaya biru di pagi hari, seperti yang dilaporkan oleh healthline.com, dapat memperbaiki suasana hati dan mengurangi gejala depresi. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan manfaat dari cahaya biru dan memitigasi risikonya.
Untuk menjaga kesehatan mata dan kualitas tidur, ada beberapa langkah mudah yang bisa diambil. Dari informasi yang disampaikan health.harvard.edu, beberapa cara untuk mengurangi paparan cahaya biru meliputi:
– Menggunakan lampu dengan warna merah redup saat malam hari, yang cenderung tidak mengganggu ritme sirkadian.
– Menghindari melihat layar yang terang dua hingga tiga jam sebelum tidur.
– Bagi mereka yang bekerja pada shift malam, menggunakan kacamata pemblokir cahaya biru atau menginstal aplikasi filter cahaya biru dapat menjadi solusi.
– Memastikan paparan cahaya terang di siang hari juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas tidur malam hari serta menjaga suasana hati.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi tanpa mengorbankan kesehatan. Membangun kesadaran tentang efek cahaya biru sangat penting, mengingat prevalensi perangkat elektronik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya penting bagi individu, tetapi juga bagi keluarga, untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan di era digital yang semakin mendominasi ini.