Bunda Merapat! Tips Ampuh Atasi Anak Kecanduan Gula Tantrum

Gula menjadi perhatian serius bagi orangtua saat ini, terutama karena efeknya yang merugikan bagi tumbuh kembang anak. Dengan meningkatnya kasus diabetes di kalangan anak-anak, isu kecanduan gula semakin mendapatkan sorotan. Menurut Prof. Dr. Siska Mayasari Lubis, MKed (Ped), SpA(K), anggota Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, kecanduan gula tidak hanya mempengaruhi kesehatan anak secara langsung tetapi juga dapat berkontribusi pada masalah ginjal di kemudian hari.

Dalam penjelasannya, dr. Siska menjelaskan bahwa kadar gula yang tinggi dalam makanan dan minuman yang sering dikonsumsi anak dapat mengganggu metabolisme mereka. "Jika kontrol metaboliknya buruk, itu dapat mempercepat munculnya komplikasi jangka panjang, termasuk masalah ginjal yang serius, bahkan berujung pada cuci darah," ungkapnya dalam sebuah wawancara.

Tidak hanya itu, ia menambahkan bahwa diabetes tipe 2 pada anak-anak serta obesitas juga terus meningkat dan ini menunjukkan pentingnya penanganan kecanduan gula sejak dini. Penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko penyakit tidak menular di kemudian hari. Oleh karena itu, dr. Siska memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi kecanduan gula pada anak.

  1. Pengurangan Bertahap: Cara terbaik untuk mengatasi kecanduan gula adalah dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis secara perlahan. Pengurangan yang terlalu drastis bisa membuat anak mengalami tantrum. "Pengurangan makanan dan minuman manis ini tidak bisa dilakukan secara sekaligus, tetapi harus pelan-pelan dan bertahap," ungkap dr. Siska.

  2. Mengurangi Asupan Susu: Banyak orangtua tidak menyadari bahwa susu formula dan susu UHT umumnya mengandung kadar gula yang tinggi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk membatasi jumlah susu yang diberikan pada anak.

  3. Batasi Kudapan Manis: Mengurangi kudapan manis secara bertahap adalah langkah lain yang dapat membantu mengendalikan konsumsi gula anak. Ini memerlukan ketekunan dari orangtua untuk membuat perubahan tersebut lebih mudah diterima oleh anak.

  4. Pendidikan Bahaya Gula: Orangtua perlu menjelaskan kepada anak mengenai risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi gula yang berlebihan. Dengan pemahaman yang baik, anak akan lebih Iantas dalam menerima pembatasan konsumsi gula.

  5. Pembatasan Gula dalam MPASI: Dr. Siska juga menyarankan agar orangtua membatasi penggunaan gula tambahan dalam makanan pendamping ASI (MPASI). Sejak usia di atas dua tahun, sebaiknya tidak ada gula tambahan yang ditambahkan pada makanan anak, karena makanan tersebut sudah mengandung gula alami.

Rekomendasi ini sejalan dengan informasi yang ada mengenai pola makan yang sehat bagi anak. Tidak hanya dari segi rasa, tetapi kebiasaan makan yang baik pada anak dapat ditanamkan sejak dini agar mereka terbiasa menghindari makanan dan minuman tinggi gula. Pendekatan yang perlahan, disertai komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, akan membuat transisi ini menjadi lebih menyenangkan dan tidak menimbulkan protes.

Ketika anak mulai terbiasa dengan pembatasan gula, kemungkinan besar mereka akan belajar untuk memilih makanan yang lebih sehat, meningkatkan keinginan mereka untuk mengonsumsi makanan bergizi yang sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan mereka. Penanganan yang konsisten dan perhatian orangtua dalam mengawasi asupan gula si kecil sangat penting agar anak dapat tumbuh dengan sehat dan terhindar dari berbagai risiko penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi gula berlebih.

Berita Terkait

Back to top button