
Keseimbangan ekosistem laut menjadi salah satu pilar penting dalam keberlanjutan lingkungan serta sektor wisata bahari di Indonesia. Gili Matra yang terletak di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu kawasan yang menjadi perhatian dalam upaya pelestarian tersebut. Dikenal dengan keindahan bawah lautnya, kawasan ini juga merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna, termasuk penyu yang dilindungi. Namun, kondisi ini terancam oleh aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan atau dikenal dengan istilah Destructive Fishing.
Untuk merespons tantangan ini, terbentuklah Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Gili Matra pada tahun 2021. Kelompok ini menjadi garda terdepan dalam melindungi dan melestarikan ekosistem Gili Matra dengan melibatkan masyarakat setempat dari berbagai latar belakang, termasuk nelayan, wiraswasta, hingga pengusaha. Dengan tekad untuk menjaga sumber daya alam, mereka berupaya memastikan praktik perikanan tetap dilakukan secara berkelanjutan.
Sinergi antara masyarakat lokal dan berbagai pihak juga menjadi pendorong utama dalam inisiatif pelestarian ini. Salah satu kolaborator penting adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang melalui program BRI Menanam – Grow & Green, memberikan kontribusi signifikan dalam pelestarian ekosistem bawah laut dan pemberdayaan komunitas lokal. Program ini menekankan pentingnya meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama di sektor wisata bahari, untuk turut serta dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Hasanuddin, Wakil Ketua POKMASWAS Gili Matra, menjelaskan bahwa akuisisi kolaborasi dengan BRI dilandasi oleh pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk BKKPN Kupang dan Yayasan Ekonomi Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia (YEKHALI). Dari pertemuan tersebut, terungkap perlunya restorasi ekosistem laut, khususnya dalam pemulihan terumbu karang dan padang lamun.
Selama pelaksanaan program ini, BRI mengambil langkah konkret di tiga kawasan utama Gili Matra: Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno. Beberapa aksi utama yang dilakukan meliputi transplantasi 1.500 karang dengan menggunakan 100 unit reef star di area seluas 1.000 m² di Gili Trawangan. Selain itu, sebanyak 2.500 hingga 3.000 tegakan lamun ditransplantasi di area seluas 625 m² di Gili Air.
Kegiatan pembersihan bawah laut, yang dikenal sebagai Underwater Clean Up, juga dilakukan untuk menjaga kebersihan perairan. Dengan pendekatan ini, diharapkan lingkungan laut tetap terjaga, memberikan tempat yang aman bagi biota laut untuk berkembang. “Kami juga melaksanakan sertifikasi Eco-Diver & Trainer Diver bagi anggota kelompok pemandu wisata, serta pelatihan untuk meningkatkan kualitas layanan wisata bahari,” tambah Hasanuddin.
Keberhasilan program ini juga dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat, termasuk nelayan yang melaporkan peningkatan populasi ikan, terutama ikan-ikan target tangkapan. Kualitas terumbu karang yang pulih juga memicu lonjakan minat wisatawan untuk kembali mengunjungi Gili Matra. Hasanuddin menekankan kepuasan dalam melihat partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pemulihan ekosistem laut.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menegaskan bahwa program BRI Menanam – Grow & Green di Gili Matra menjadi contoh nyata upaya bank dalam menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan. Ia berharap program ini tidak hanya bermanfaat bagi kelestarian alam, tetapi juga mendukung perekonomian masyarakat setempat.
Sebagai bagian dari inisiatif yang lebih besar, Program “Grow & Green Coral Reef” telah berhasil melakukan transplantasi karang sebanyak 3.930 fragment di area seluas 2.458 meter persegi, bersama dengan transplantasi 2.500 hingga 3.000 tegakan lamun. Melalui inisiatif ini, BRI berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menjaga ekosistem laut, sebagai tindakan nyata dalam memerangi perubahan iklim serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal di Gili Matra.