Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Mudik? Simak Tips Dokter!

Mudik menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Indonesia, terutama saat menjelang hari raya. Namun, bagi pasien gagal ginjal, terutama yang menjalani terapi dialisis, pertanyaan muncul: apakah mereka bisa melakukan perjalanan mudik dengan aman? Berdasarkan informasi dari dokter spesialis, persiapan yang matang menjadi kunci utama untuk memastikan perjalanan tetap aman.

Pasien yang mengalami gagal ginjal memerlukan terapi cuci darah, yang berfungsi untuk menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan. Kondisi ini umumnya dialami oleh individu dengan gagal ginjal kronis stadium akhir atau dalam keadaan gagal ginjal akut yang mendadak. Menurut Dr. Donnie Lumban Gaol, seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, mudik bagi pasien dialisis memerlukan persiapan khusus agar perjalanan tetap aman dan nyaman.

“Yang terpenting, pasien harus bijaksana dalam mengendalikan asupan cairan serta menjaga pola makan, terutama asupan karbohidrat dan protein,” ungkap Dr. Donnie. Dalam perjalanan, pasien dialisis diingatkan untuk tidak mengonsumsi minuman yang berlebihan serta menghindari makanan yang tinggi garam, karena dapat memicu rasa haus yang tidak sehat.

Sebagai langkah preventif, sebelum berangkat, pasien sebaiknya memastikan kondisi kesehatan mereka stabil. Jika pasien menjalani terapi hemodialisis reguler, penting untuk mengetahui lokasi rumah sakit atau klinik dialisis di tempat tujuan dan membuat janji terlebih dahulu. “Untuk pasien yang sudah terjadwal menjalani dialisis, mereka harus tetap mengikuti jadwal dan jika perlu, bisa berkoordinasi dengan fasilitas dialisis di tempat tujuan,” tambahnya.

Penting bagi pasien untuk mengontrol diabetes dan tekanan darah, terutama bagi mereka yang berisiko. “Apabila ada kondisi darurat, pasien perlu mengetahui di mana fasilitas kesehatan terdekat,” tutup Dr. Donnie.

Masalah kesehatan ginjal di Indonesia semakin meningkat. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal kronis mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang. Kementerian Kesehatan juga mencatat 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk pada usia muda.

Peningkatan signifikan juga terlihat dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pada tahun 2016, menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan kesehatan ginjal di kalangan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran terkait penyakit ginjal, baru-baru ini, dunia merayakan Hari Ginjal Sedunia atau World Kidney Day. Di Indonesia, salah satu peringatan tersebut dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk melalui berbagai acara untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal di antara mereka.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit ginjal dan meningkatkan kesadaran tentang cara pencegahannya,” ungkap Dr. Siswandi, Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional.

Melihat data global, angka kematian akibat gagal ginjal kronis dari World Health Organization (WHO) meningkat tajam. Pada tahun 2020, terdapat 254.028 kasus kematian yang terkait dengan penyakit ini, dan jumlah tersebut diproyeksikan akan terus meningkat dalam beberapa dekade ke depan. Dengan prevalensi pasien ginjal kronis secara global yang mencapai lebih dari 10 persen dari populasi umum, upaya untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan ginjal menjadi sangat vital.

Dengan sejumlah informasi dan tips ini, diharapkan pasien gagal ginjal yang ingin mudik dapat merencanakan perjalanan mereka dengan lebih baik, sehingga dapat menikmati momen berkumpul bersama keluarga tanpa mengorbankan kesehatan mereka.

Back to top button