
Bintang T Coronae Borealis, yang juga dikenal dengan sebutan Blaze Star, diprediksi akan mengalami ledakan berskala besar yang dikenal sebagai nova pada 27 Maret 2025. Prediksi ini datang dari Jean Schneider, seorang astronom dari Observatorium Paris, yang menjelaskan bahwa meskipun ada ketidakpastian mengenai tanggal tepatnya, ledakan tersebut diharapkan terjadi dalam waktu dekat. Dalam makalah yang diterbitkan dalam Catatan Penelitian American Astronomical Society pada Oktober 2024, Schneider menggunakan serangkaian data historis dan orbital untuk merumuskan kemungkinan tanggal terjadinya letusan.
Dalam penjelasannya, Schneider menyebutkan bahwa prediksi letusan bintang bukanlah ilmu pasti, tetapi ia berusaha memberikan tanggal yang dapat diandalkan dengan margin kesalahan satu hingga dua minggu. Hal ini muncul setelah bintang tersebut mengalami dua letusan sebelumnya, yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1866 dan 9 Februari 1946, dengan selang waktu sekitar 80 tahun di antara keduanya. Jika tren ini berlanjut, maka kemungkinan besar ledakan berikutnya akan terjadi pada 2026. Namun, fenomena baru-baru ini di mana bintang tersebut menjadi lebih terang dan redup lagi meyakinkan beberapa astronom bahwa ledakan mungkin akan terjadi lebih cepatan dari perkiraan sebelumnya.
Sistem bintang Blaze Star terdiri dari dua bintang, yaitu bintang raksasa merah dan bintang putih kerdil. Katai putih ini adalah sisa-sisa dari bintang yang dahulu dan telah mengumpulkan material dari bintang raksasa merah di sekitarnya. Setiap 80 tahun, sistem ini tidak mampu menampung material tambahan dan mengalami ledakan yang menghasilkan cahaya yang sangat terang.
Keberadaan Blaze Star di langit dapat dengan mudah ditemukan dalam konstelasi Corona Borealis, yang sering kali dipandang sebagai ‘Mahkota Utara’. Untuk menemukan bintang ini, seseorang dapat mencari bintang oranye terang bernama Arcturus, dan kemudian melihat ke arah kiri bawahnya untuk menemukan bentuk C terbalik yang menemani bentuk rasi bintang tersebut. Pada musim panas, konstelasi ini akan terlihat lebih tinggi di langit, dan bagi mereka yang ingin mengamati peristiwa yang bersejarah ini, penggunaan teropong bisa menjadi ide bagus untuk menyaksikan keajaiban alam.
Ketika Blaze Star meledak, dia diperkirakan akan mencapai kecerahan sangat tinggi, yang dikenal sebagai magnitudo 2. Kecerahan ini cukup untuk menjadikannya salah satu bintang yang paling terang di langit saat eksplosinya terjadi, bersanding dengan Alphecca, bintang paling terang di konstelasi yang sama. Namun, meskipun bintang ini akan terlihat terang, jaraknya dari Bumi sangat jauh, sekitar 3.000 tahun cahaya, sehingga para astronom tidak akan melihat kedua bintang tersebut pada saat yang bersamaan.
Ledakan nova di Blaze Star diharapkan akan lebih dahsyat daripada beberapa ledakan yang mungkin pernah disaksikan oleh manusia. Proses terjadinya ledakan ini akan berlangsung dengan cepat, biasanya dalam hitungan jam, bintang ini akan meningkat kecerahannya hingga ribuan kali lipat sebelum kembali memudar dalam beberapa hari ke depan. Setelah ledakan, Blaze Star diharapkan akan kembali ke penampilan normalnya, namun fenomena ini pasti akan menjadi topik perbincangan yang menarik di kalangan astronom dan orang-orang yang tertarik dengan keajaiban luar angkasa.
Dengan semua informasi dan perkiraan yang ada, perhatian dunia astronomi tertuju pada bintang ini. Apakah bintang ini benar-benar akan meledak pada tanggal yang diprediksi atau dalam rentang waktu dekat? Kita hanya perlu menunggu dan melihat, sambil mengamati keindahan langit malam dan menanti momen ajaib yang akan dikenang dalam sejarah.