BI: Pelemahan Rupiah Dipastikan Hanya Sementara, Ini Sebabnya!

Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi pada pekan ini bersifat sementara. Pada Rabu, 19 Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat ambruk di level Rp 16.531 per dolar AS. Hal tersebut menjadi perhatian utama bagi BI, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih melanda.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menyatakan bahwa BI akan terus mengambil langkah-langkah stabilisasi untuk menjaga nilai tukar rupiah. Menurutnya, pelemahan rupiah ini sejalan dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada Selasa, 18 Maret 2025. Destry menegaskan, “BI akan terus berada di pasar, kita berharap koreksi rupiah ini hanya bersifat temporer.”

Upaya stabilisasi yang direncanakan termasuk intervensi langsung di pasar, serta pengoperasian instrumen seperti Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan Surat Berharga Negara (SBN) jika diperlukan. Intervensi tersebut diharapkan dapat memperkuat kepercayaan pasar dan memberikan sinyal bahwa BI siap menghadapi fluktuasi nilai tukar.

Destry juga menjelaskan bahwa pergerakan rupiah selama ini relatif stabil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang mengalami situasi serupa. Ketidakpastian global, termasuk pengaruh dari kebijakan ekonomi negara besar seperti Amerika Serikat, masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar. “Saham khususnya mengalami koreksi yang cukup besar, dan ini sangat terkait dengan sentimen ekonomi global dan domestik,” tambahnya.

Sejak awal tahun hingga menjelang akhir Maret 2025, pasar saham mengalami outflow sebesar Rp 22 triliun. Sementara itu, untuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) terdapat inflow yang mencapai Rp 25 triliun. Destry menekankan bahwa aliran dana ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat untuk menarik investasi, meskipun terdapat gejolak di pasar saham.

Dalam menghadapi situasi ini, Gubernur BI, Perry Warjiyo, turut meminta para investor agar tidak perlu khawatir dengan respons pasar terhadap penurunan IHSG yang mencapai 6%. Ia mengungkapkan bahwa langkah-langkah BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan akan terus dilakukan. “Kita memahami bahwa volatilitas ini mungkin terjadi, namun yang terpenting adalah respons kebijakan yang tepat dan cepat,” ungkap Perry.

Sementara itu, banyak ekonom yang memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen dalam rapat dewan gubernur mendatang. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sambil menjaga stabilitas inflasi, yang menjadi tantangan tersendiri di tengah pemulihan yang masih berlangsung.

Dalam konteks global, berbagai kebijakan yang ditempuh oleh negara-negara lain sangat berpengaruh terhadap ekonomi domestik. Destry menjelaskan, shock kebijakan di tingkat global seringkali memiliki dampak berantai yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, perhatian terhadap perkembangan global menjadi sangat krusial dalam pengambilan keputusan di BI.

Dengan berbagai langkah strategis yang telah dan akan diambil oleh Bank Indonesia, diharapkan pergerakan nilai tukar rupiah akan kembali stabil. BI berkomitmen untuk terus memantau situasi pasar dan melakukan penyesuaian kebijakan yang diperlukan untuk menjaga kepercayaan investor dan memperkuat ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global.

Exit mobile version